"Kita berpisah sampai di sini."
Setelah bermalam di rumah Mavi, akhirnya pagi ini Jasver dan Alerina pergi dari rumah itu. Kini mereka berada di hutan. Berdiri, menatap satu sama lain penuh haru.
"Aku akan menemui kalian lagi. Senang bertemu dengan kalian!" kata Alerina dengan senyuman yang sangat lebar sehingga giginya yang rapi dan putih tampak dengan jelas.
Jasver hanya tersenyum memandang adiknya dengan tangan yang saling bergandengan.
Mata Lucy berkaca-kaca. Bibir gadis berambut bergelombang itu bergetar. Tak kuasa berpisah dengan sahabatnya yang telah menemaninya selama ia terjebak di dunia manusia.
Melihat Lucy menangis, bibir Alerina pun ikut bergetar. Matanya mulai terasa panas. Sampai akhirnya air matanya jatuh saat Lucy memeluknya dengan erat.
"Al, sering-seringlah kemari," ucap Lucy terisak di pundak Alerina. Gadis itu memeluk Alerina begitu erat, rasanya ia tidak ingin melepaskan pelukannya dengan Alerina.
"Lowi, jangan menangis. Aku semakin tidak ingin meninggalkan kalian," kata Alerina kemudian menyembunyikan wajahnya di rambut Lucy yang panjang dan tebal.
Setelah sepuluh menit berpelukan, Lucy akhirnya melepaskan pelukannya. Bisa Alerina lihat mata Lucy yang bengkak dan berkaca-kaca. Matanya sembab. Terlihat sangat jelas bahwa Lucy sangat menyayangi Alerina.
"Sorin, terima kasih karena sudah memberitahu tentang dunia ini. Terima kasih banyak Sorin. Aku tidak akan pernah melupakanmu." Jasver memeluk wanita tua itu hangat. Saking tuanya, walaupun hanya sekedar berdiri, wanita itu harus
membungkuk.Jasver melepaskan pelukannya dengan Sorin. Sorin tersenyum melihat sorot mata Jasver yang terlihat lebih hidup dari biasanya. Tangan keriput itu mengelus lembut rambut Jasver, membuat Jasver hanya bisa tersenyum hangat.
"Kau sangat mirip seperti Ayahmu. Sangat mirip," katanya dengan nada lembut. Sekali lagi, Jasver hanya bisa tersenyum hangat.
"Al, sebelum kau pergi. Aku ingin memberikanmu sesuatu." Mavi tiba-tiba melangkah maju menuju Alerina yang berjarak delapan langkah di depannya.
Mata Alerina berbinar. Gadis itu terlihat antusias. "Apa itu!"
Mavi tersenyum hangat. Senyumannya begitu menawan. "Tutup matamu."
Kemudian Alerina menutup matanya sesuai perintah Mavi. Mavi semakin mengembangkan senyumannya. "Tidak. Aku bercanda, Al. Kau harus melihatnya."
Detik setelah Alerina membuka matanya, dilihatnya tangan Mavi bergerak-gerak di atas kepalanya. Tak lama kemudian, sebuah mahkota yang terbuat dari bunga berada di atas kepalanya. Bunga berwarna kuning cerah. Bunga Matahari.
"Bunga Matahari ini sepertimu, Al. Warna yang secerah kepribadian dan wajahmu. Bunga ini memiliki arti kasih sayang, kesetiaan dan juga kebahagiaan. Jika kau ingin kembali, aku akan selalu menunggumu, Al," kata Mavi yang membuat pipi gadis itu terasa panas.
Seketika tubuh gadis itu terasa kaku. Sorot matanya terpaku memandang sorot mata Mavi yang begitu teduh.
"Ahh, kau sangat lucu," kata Mavi kemudian mengacak-acak rambut Alerina yang tergerai. "Oh iya, sepertinya ada yang ingin memberimu hadiah juga."
Mavi kemudian menyingkirkan tubuhnya perlahan dari pandangan Alerina, menatap satu anak laki-laki yang tampak saling dorong-mendorong dengan sapu tuanya.
"Cepat berikan! Tunggu apalagi!"
"Aku tidak berniat memberikannya—"
BUGHH
![](https://img.wattpad.com/cover/331907552-288-k680939.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Fae Circle
Ficção AdolescenteBerawal dari mencari sebuah jamur melingkar saat sedang melaksanakan perkemahan, yang konon katanya merupakan jalur masuknya para peri ke dunia mereka. Alerina, gadis yang sama sekali tidak mempercayai mitos itu tiba-tiba masuk ke dalam dunia peri...