23. back

305 65 3
                                    

"ER! SAGE!"

Suara teriakan histeris langsung menyambut indra pendengaran mereka ketika baru saja keluar dari dalam air.

Tubuh Er dan Sage yang basah langsung menghambur ke pelukan sang Ibu. Er langsung menangis sejadi-jadinya di pelukan ibunya, menceritakan tentang sayapnya yang patah.

Hanya Ibu Mavi yang tidak ada. Froze mengatakan bahwa Dahlia—ibu Mavi dan Lucy jatuh sakit mendengar anak keduanya diculik oleh bajak laut.

"Kau tidak apa-apa, kan!?" Kedua orangtua Sage dan Er bertanya lagi.

Selama beberapa menit suasana Dermaga penuh haru. Saling berpelukan, melepas kelegaan dan kerinduan mereka, sampai matahari perlahan tenggelam dan mereka pulang menuju rumah masing-masing.

Alerina diam memandangi punggung Sage dan Er yang berjalan menjauh bersama kedua orangtua mereka. Jauh di dalam lubuk hatinya, ada perasaan sedih dalam hatinya.

Selain sedih karena telah membuat sayap Er rusak, ia juga sedih karena merindukan pelukan kedua orangtuanya.

"Hey, Nak. Bagaimana kalau kau tinggal di rumahku saja?" Cyrus—bajak laut—tidak tidak! Maksudnya peri bulan itu merangkul pundak Alerina.

Sedaritadi ia melihat Alerina yang terlihat sedih. Cyrus cukup peka untuk membaca perasaan orang.

Omong-omong, Cyrus juga ikut dilempar ke laut. Tersisa Mavi dan Lucy. Mereka masih berada di kapal.

"Jangan, Al. Dia jahat. Kau bisa menginap di rumahku saja," ujar Froze tegas dengan sorot mata dingin, melirik sinis Cyrus yang sedang menyunggingkan senyumnya.

Cyrus yang sedang tersenyum lebar itupun seketika memudarkan senyumannya dan menatap Froze jengah.

Apa? Di rumah Froze? Ia bisa mati kedinginan!

"Hey, apakah otakmu sangat kecil? Al bisa mati kedinginan jika ia menginap di rumahmu! Aku saja baru tinggal beberapa menit di rumahmu, rasanya ingusku juga ikut membeku!" kata Demetrius sambil memukul pelan lengan Froze.

"Nahh kalau begitu Al tinggal di rumahku saja—"

"Ternyata ada yang otaknya lebih kecil daripada aku," potong Froze memotong ucapan Valir sambil tertawa meremehkan.

Rumah Froze sudah tidak mungkin, apalagi rumah Valir! Seribu kalipun Alerina berpikir, jawabannya akan selalu tidak. Apa yang akan terjadi jika ia berada di rumah Valir dalam waktu lima menit? Seluruh organ tubuhnya akan meleleh dan terbakar.

"Al, kau bisa saja menginap di rumahku." Demetrius berbicara. Mata sipitnya yang menyerupai Siren itu mampu menarik perhatian Alerina. "Tapi, sepertinya juga tidak mungkin. Bahkan para peri hanya bisa bertahan lama di dalam air hanya sekitar tiga jam. Aku tidak yakin Klanmu—maksudku manusia sepertimu bisa bertahan lebih lama."

Alerina terdiam. Kepalanya tertunduk lesu. Sekarang ia tidak punya tempat tinggal. Tidak mungkin ia menginap di rumah Mavi dan Lucy, sedangkan mereka berdua tidak ada.

"Hey! Kuda laut jelek! Jangan mendorong bokongku seperti itu! Sakit tau!"

Suara yang berasal dari ujung Dermaga terdengar. Sontak mereka semua menoleh, ternyata lima anak Cassius Land yang baru saja tiba di darat.

Aria menggerutu karena dirinya dilempar secara kasar oleh kuda laut mungil itu. Entah bagaimana caranya kuda laut yang mungil itu mampu membuat Aria terbang. Aria merasakan bokongnya seperti ditendang.

"Jadi? Apakah kita tidak mendapatkan tempat tinggal disini?" Maxim dengan tubuh yang basah kuyup duduk di ujung Dermaga dengan napas terengah-engah.

"Aku tidak masalah jika harus tidur di rumput maupun di pohon." Leon, laki-laki berambut pink itu duduk di ujung Dermaga sembari memeras bajunya yang basah.

"Yasudah, tidak ada pilihan lain selain rumahku."

________

"Kenapa sepanjang perjalanan, selalu ada kupu-kupu biru ini, Cyrus?" tanya Alerina penasaran sekaligus kagum melihat kupu-kupu biru menyala ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kenapa sepanjang perjalanan, selalu ada kupu-kupu biru ini, Cyrus?" tanya Alerina penasaran sekaligus kagum melihat kupu-kupu biru menyala ini.

Sekarang mereka bertujuh, berjalan menyeberangi perbatasan negeri peri bunga ke negeri peri bulan.

Cyrus, pemuda itu terdiam sejenak. Merasakan sebuah dejavu yang sangat amat ia rindukan. Tak lama kemudian, pemuda itu tertawa, membuat Alerina mengerutkan keningnya bingung.

Lima anak laki-laki lainnya—maksudnya teman Jasver itu mengabaikan percakapan Alerina dan Cyrus. Mereka berlima sama-sama terpukau dengan kupu-kupu biru yang seperti sedang menunjukkan mereka arah jalan.

"Kenapa kau tertawa?" tanya Alerina bingung sekaligus merasa tersinggung.

Cyrus makin tertawa. Tawanya hanya kekehan pelan, namun tetap memabukkan. "Kalimat yang kau ucapkan sama persis seperti apa yang Florence katakan saat aku membawanya ke rumahku."

DEGG

Alerina terdiam. Lagi, nama ibunya kembali disebutkan.

"Oh iya, kupu-kupu biru ini sebagai petunjuk arah. Mereka akan membantu kita agar tidak tersesat—"

"Sebenarnya, apa hubunganmu dengan Ibuku? Kau menyebutkannya beberapa kali selama di kapal." Entah kenapa, intonasi suaranya terdengar bergetar dan lirih.

Gadis itu menghentikkan langkahnya, membuat lima teman Jasver pun ikut menghentikkan langkah mereka. Begitupun juga dengan Cyrus yang merasakan bahwa tidak ada pergerakan sama sekali dari arah belakangnya.

Cyrus spontan berhenti, kemudian membalikkan badannya. "Eh? Memangnya aku tidak boleh menyebutkannya, ya? Apakah ada larangan akan hal itu—"

"Jadi, Ibuku pernah datang ke dunia peri ini?" tanya Alerina dengan suara sedikit bergetar.

Cyrus mengangguk. "Iya. Dahulu, Ibumu juga diculik oleh para bajak laut. Kami bersama-sama diculik dan—"

Cyrus menghentikkan ucapannya. Mendadak sorot matanya sendu.

"Dan?" Daniel menyahut, karena penasaran.

"Dan apa?" tanya Alerina dengan tatapan tak terbaca. Ia menjadi sedih membicarakan Ibunya sendiri.

"Ahh tidak apa-apa. Lebih baik ayo kita teruskan perjalanan agar bisa beristirahat—"

"Dan Ibuku berhasil bebas dan hidup bahagia, sedangkan kau masih terjebak disana dan sayapmu menjadi korbannya?" Alerina mencerocos begitu saja. Tatapan matanya benar-benar tidak terbaca oleh siapapun.

Cyrus semakin terdiam. Tubuhnya mendadak kaku dan tegang mendengar ucapan Alerina, gadis berumur tiga belas tahun itu.

Namun, detik kemudian Cyrus tersenyum. Senyumannya terlihat begitu tulus, namun matanya tidak bisa berbohong. Mata laki-laki itu berkaca-kaca.

"Aku senang Florence bisa kembali ke dunianya dan hidup bahagia. Aku sangat bahagia Al karena Florence telah melahirkanmu. Aku sangat bahagia—"

"Kenapa?"

Cyrus terdiam sejenak. Menarik napas dalam-dalam, kemudian menghembuskannya dengan sangat berat, sampai dadanya terasa sangat sesak.

"Karena akhirnya pertanyaanku selama ini terjawab. Apakah Florence masih setia menungguku atau mencari kebahagiannya yang lain. Aku senang..."

Fae CircleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang