20. caught

361 65 0
                                        

"Jadi—ini yang kau sebut kita harus membawanya?" tanya Sage sarkas. Auranya terlihat semakin mencekam.

Mereka tertangkap. Mereka kembali berada di kapal.

Sage terlihat kesal. Sangat kesal. Anak penyihir itu duduk dengan kedua lutut terlipat dan kedua tangannya lurus diletakkan di kedua lututnya. Kepalanya menunduk, namun kedua matanya menyorot tajam Lucy yang terlihat muram.

Karena ide Lucy yang berusaha menyelamatkan lima anak pulau Cassius itu, mereka kembali tertangkap.

"Tidak apa-apa, pasti ada jalan keluarnya—"

"Kalau begitu cepat pikirkan!" sela Sage sinis, tak bisa menahan kekesalannya kepada Aria—salah satu anak laki-laki dari pulau Cassius.

Hening. Tidak ada lagi yang bersuara setelah Sage bersuara. Penyihir itu tampak sangat marah dan kesal. Lihat saja auranya. Auranya yang biasanya memang gelap dan buruk walaupun ia dalam keadaan suasana hati yang bagus itu makin makin gelap dan mencekam sekarang.

Mereka semua dikurung dalam satu penjara yang ada di kapal.

"Diamlah. Berisik seperti itu tidak akan membuatmu keluar," sahut River. Anak laki-laki yang mempunyai rambut berwarna blonde, serta tubuh yang menjulang tinggi di antara mereka semua.

Sage mendengus. Berdecak kesal sembari memutar bola matanya malas. Padahal sudah ada peluang mereka untuk kabur, tapi—gadis sok penolong ini malah membuat mereka semua tertangkap. Siapa lagi kalau bukan Lucy.

"Kenapa kau daritadi menatapku seperti itu?"

Suara datar nan tegas—nada suaranya hampir mirip seperti Froze itu membuat mereka semua menoleh pelan. Dilihatnya Leon—laki-laki berambut pink muda itu menatap Lucy dengan tatapan datar namun mengintimidasi.

"Dia punya mata. Apakah kau akan memarahiku juga jika aku menatapmu?" Mavi membela adiknya dengan mata memelototi Leon.

"Sejak di pulau Cassius—adikmu terus menatapku, seakan-akan ingin memotong leherku. Aku akan terus terang, aku tidak suka ditatap seperti itu," jelas Leon memperjelas alasannya.

Benar. Sejak di pulau Cassius tadi, Lucy terus menatap Leon—maksudnya lima orang itu dengan tatapan yang begitu dalam. Bahkan matanya tidak berkedip, membuat Leon merasa semakin tidak nyaman.

"Jadi, kenapa kau menatapku seperti itu? Apakah kau punya sesuatu untuk dikatakan. Juga, darimana kau tau kalau kami adalah manusia—"

"Apakah kalian kenal Jasver. Jasver Rune?" tanya Lucy tiba-tiba, membuat mata Alerina seketika membulat dengan kedua alis terangkay sempurna.

"Hey, Lucy. Apa maksudmu membawa-bawa namanya—"

"Siapa Jasver?" tanya Er, Mavi dan Sage bersamaan. Kening ketiganya kompak mengkerut. Mereka terlihat bingung.

Reaksi yang diberikan Er, Mavi dan Sage itu berbanding terbalik dengan lima anak dari pulau Cassius itu. Mereka berlima tampak terkejut mendengar ucapan Lucy.

"Kau tau darimana tentang Jasver?" tanya Daniel. Laki-laki yang memiliki rambut hitam lurus. Bentuk matanya hampir mirip seperti mata Demetrius. Tajam.

Lucy terdiam. Tidak percaya dengan kebetulan ini.

"Jadi kalian benar teman Kak Jasver, ya?! Temannya yang menghilang itu!" Lucy terlihat terkejut sekaligus heboh. "Hey! Kalian semua membuat Kak Jasver bersedih, tau!"

Alerina terdiam. Otaknya mendadak kosong. Apa maksud Lucy?

"Lucy, apa maksudmu—"

"Al! Mereka adalah anak hilang yang selama ini seluruh dunia cari-cari! Mereka adalah The Lost Boy!" Lucy mengguncang-guncangkan bahu Alerina, seperti gemas sekaligus geram akan kebetulan ini.

Fae CircleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang