Dua orang insan duduk meringkuk di sudut kapal. Keduanya tampak tertidur dengan tenang, sembari memeluk satu sama lain. Perempuan berambut bergelombang duduk sembari menyandarkan kepalanya di bahu kakaknya dengan kedua tangan melingkar di perut sang kakak.
Sedangkan Mavi tidur dengan posisi kepalanya berada di atas kepala Lucy. Tangannya memeluk erat lengan sampai punggung gadis itu.
Mata Mavi yang tadinya terpejam tenang pun seketika terlihat sedikit bergetar. Tidurnya yang tenang mendadak terusik. Indra pendengarannya menangkap suara langkah kaki besar dan ramai.
Karena suara berisik itu, perlahan anak laki-laki berambut dark cokelat itu membuka matanya. Satu detik pertama, ia melihat penjara bawah kapal yang kosong. Hanya ada tong-tong tua, jerami dan beberpa barang rongsokan lainnya.
Tak lama kemudian, tubuhnya tersentak, begitupun juga dengan Lucy. Pintu dibuka secara kasar, menampilkan lima orang bajak laut berperawakan tinggi besar, gemuk dan kotor. Janggut-janggut lebat yang baunya sudah tercium amis dari kejauhan membuat Mavi bergidik ngeri.
Melihat lima bajak laut itu berjalan ke arahnya, Mavi langsung memeluk erat Lucy. Membawa sang adik semakin dekat dengan dekapannya. Lucy yang ketakutan pun langsung memeluk sang kakak erat-erat dengan jantung yang berpacu cepat.
"Mau apa lagi kalian!" Mavi berujar berani dengan tangan yang semakin memeluk adiknya rapat.
Tak memedulikan ucapan Mavi, dua dari lima bajak laut itu menarik paksa tubuh mungil Mavi dan Lucy. Mendorong mereka secara kasar ke arah tiga bajak laut lainnya, kemudian mereka dikawal keluar dari penjara bawah kapal.
Silau. Matanya silau saat mereka tiba di atas permukaan kapal. Sangat terang. Benar-benar terang sampai membuat mata mereka memicing sempurna, tak tahan dengan sinar matahari yang begitu terik siang ini.
"Cepat jalan!" Bajak laut yang mengkawal mereka berdua terus mendorong-dorong peri bunga itu secara kasar.
Dengan kedua tangan yang terikat, Mavi masih memastikan bahwa adiknya ada di sampingnya. Ia terus berusaha meraih tangan ataupun baju Lucy, walaupun bajak laut itu terus mendorong-dorong mereka secara kasar.
Ia tidak mau kehilangan adiknya untuk kedua kalinya.
Kaki mungil itu perlahan demi perlahan menuruni kapal melalui papan kayu yang sudah terpasang miring. Tubuh keduanya terus didorong-dorong secara kasar memasuki sebuah pulau yang mirip seperti pesisir pantai.
Luarnya dikelilingi oleh pasir putih. Setelah pasir putih, dikelilingi oleh pohon-pohon kelapa dan setelah memasuki lebih dalam lagi, ada begitu banyak batu-batu indah. Batu-batu berwarna-warni dan mengkilap.
Ada batu pink yang bentuknya mirip seperti batu diamond. Transparan, namun ada glitter di dalamnya yang berkelap-kelip. Batunya begitu besar, tingginya sebesar lutut Mavi dan lebarnya seperti perut bajak laut bau itu. Ada juga batu berwarna biru yang terpecah, di dalamnya terisi dengan kerikil-kerikil warna biru mengkilap.
Mavi dan Lucy menatap sekeliling merah dengan mata penuh kilauan. Sekeliling mereka penuh dengan batu-batu berkilau. Bahkan di pohon sekalipun ada batu mengkilap.
Tidak, tidak! Yang di pohon itu bukan batu-batu yang seperti di tanah. Itu berbeda.
Itu adalah mutiara, tapi bentuknya seperti bulan sabit. Mutiara berbentuk bulan sabit itu sangat berkilau di mata keduanya, sampai membuat mulut mereka terbuka.
Pertama kalinya mereka melihat mutiara berbentuk seperti itu. Dan yang paling menarik adalah mutiara bulan sabit itu berada di pohon, seperti itu adalah buah.
Walaupun penuh dengan batu-batu berwarna-warni dan mengkilap, di sana juga ada batu abu-abu dan hitam pada umumnya. Namun, bentuknya sangat bulat seperti sebuah bola. Ukurannya hanya sebesar genggaman tangan Mavi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fae Circle
Teen FictionBerawal dari mencari sebuah jamur melingkar saat sedang melaksanakan perkemahan, yang konon katanya merupakan jalur masuknya para peri ke dunia mereka. Alerina, gadis yang sama sekali tidak mempercayai mitos itu tiba-tiba masuk ke dalam dunia peri...