"Apa? Mereka di rumah bajak laut itu?"
"Hmm." Suara parau Sage khas baru bangun menjawab pertanyaan Er yang ternyata sedang berkunjung ke rumahnya, karena peri angin itu tidak menemukan teman-temannya di rumah mereka masing-masing.
Er merasa sayapnya membaik, sudah tidak terlalu terasa sakit—walaupun harus selalu dibungkus kain yang berisi serbuk peri, agar sayapnya tidak tambah parah.
Karena sudah merasa lebih baik, ia berniat pergi menemui Demetrius, duyung bermata siren itu. Namun, ia mendapat info dari hewan laut bahwa Demetrius sedang tidak ada.
Ia ingin pergi ke rumah Froze, tapi rumah Froze sangat dingin dan sangat tinggi. Ia harus menggunakan sayapnya jika ingin pergi ke rumah Froze. Ia juga ingin pergi ke rumah Valir, namun mengingat bahwa di sana sangatlah panas dan juga membutuhkan sayapnya untuk ke rumah si anak merah itu, Er mengurungkan niatnya.
Rumah yang paling aman untuk ia kunjungi adalah rumah Sage. Ke rumah Sage bisa hanya dengan jalan kaki, jadi pagi ini ia ke rumah Sage.
"Kenapa kau tidak mengajakku!" kata Er dengan kening yang mulai mengkerut.
Sage dengan wajah bantal dan mata bengkak pun menjawab, namun penyihir itu menguap terlebih dahulu sebelum menjawab. "Bagaimana bisa aku mengajakmu, sedangkan aku diculik oleh mereka!"
"Kan kau bisa ke rumahku dulu—"
"Lalu? Sayapmu? Bagaimana? Kami hanya tidak ingin mengganggu waktu istirahatmu, Er! Mengertilah! Sudahlah! Aku mengantuk!" kata anak laki-laki itu dengan raut wajah kusut dan berdiri dari kursi kayu yang menyerupai sofa.
Melihat Sage berdiri dan berbalik—sudah pasti anak ini akan kembali ke kamarnya, Er—anak laki-laki berambut biru tua itu menarik lengan Sage, membuat Sage berbalik secara kasar dan meninggikan nadanya.
"Apa, bodoh! Aku ini sangat mengantuk, tau!"
"Antar aku ke rumahnya—"
"Tidak mau! Aku mengantuk! Pergilah dengan sapuku, dasar payah! Tapi jangan lupa kembalikan—"
"Aku mana tau rumahnya dasar bodoh!"
Perdebatan kecil kembali dimulai antara anak penyihir dan peri angin itu. Sage yang terus menolak mentah-mentah dan bersikukuh tidak ingin ikut, sedangkan Er juga bersikukuh memaksa Sage untuk mengantarnya ke rumah Cyrus.
Lagian Sage aneh! Ia mana tau rumah Cyrus!
"Lagian, apa yang kalian lakukan di rumah bajak laut itu! Hah!" Er, entah kenapa wajahnya mulai terlihat merah. Ia mulai tersulut emosi.
Sage dengan mata sipit yang bengkak dan sayu itu menatap Er sinis. "Kemarin kami membahas tentang cara menyelamatkan—"
Mendadak, ucapan Sage terhenti. Wajahnya yang sinis dan menyebalkan seketika berubah, menjadi raut wajah cengo dan berusaha mengingat sesuatu, sebelum akhirnya anak berambut hitam super legam itu membulatkan matanya.
Er mengangkat sebelah alisnya. "Apa? Ada apa? Kau kenapa—"
"Jangan bilang mereka sudah pergi—"
"Apa? Kau ini bicara apa, sih! Apa—"
"ER! CEPAT NAIK KE SAPUKU!"
Sage seketika melentangkan sebelah tangan kirinya, bersiul kencang, dan tak lama kemudian sapu tua itu sudah berada di genggaman Sage.
Er yang melihat itu kebingungan. "Apasih? Kau ini kenapa—"
"CEPAT NAIK, BODOH! MEREKA MUNGKIN SAJA MENINGGALKAN KITA!"
•••
TOK TOK TOK
Pintu kayu tua nan penuh lumut itu diketuk oleh sebuah tangan mungil. Namun, tak ada jawaban. Tangannya kembali mengetuk sebanyak lima kali, namun sama, tidak ada jawaban.
"Kau yakin ini rumahnya?" Er yang berada di belakang Sage bertanya sembari menatap pintu tua rapuh itu dengan mata memicing.
Apakah Sage tidak salah? Tidak mungkin rumah setua ini ditinggali oleh Cyrus.
"Iya, bodoh! Ck—"
"Kau jangan mengataiku bodoh terus, Sage!"
"Kau berisik!"
"Kau sangat menyebalkan!"
"Bombarda!" Tiba-tiba pintu tua itu meledak, membuat mata Er membulat terkejut, karena Sage baru saja meledakkan pintu rumah orang lain.
"Kau gila?" Er memelototi Sage yang baru saja menggunakan tongkat sihirnya untuk meledakkan pintu. "Tongkatmu sudah diperbaiki—"
"Tidak. Ini punya Ibuku. Ayo, kita masuk—"
"GEMPA! OH TIDAK GEMPA!"
Tiba-tiba seorang laki-laki lari terbirit-birit menuruni tangga kayu. Laki-laki bertelanjang dada, hanya memakai celana berbahan karung goni yang sudah lusuh.
Melihat kehadiran laki-laki yang Er ketahui bajak laut itu membuat pemuda dari peri kerajaan angin itu memasang bada tepat di depan Sage, seperti berusaha untuk melindungi anak penyihir itu.
Detik kemudian, disaat jantungnya berdegup begitu kencang karena mendengar suara ledakkan, Cyrus kemudian terdiam sejenak. Ekor matanya menangkap dua pasang anak laki-laki berdiri di depan pintunya.
Cyrus menoleh, kemudian sedikit lemas melihat pintunya yang sudah tidak berbentuk. "OH GOSH! APA YANG KALIAN LAKUKAN DENGAN PINTUKU!"
Cyrus langsung berjalan dramatis ke arah kepingan-kepingan pintunya yang hancur.
"Kau ini tidak tau sopan santun, ya!" marah Cyrus kepada anak penyihir itu. Tongkatnya yang ia genggam sudah memperlihatkan siapa yang membuat pintunya hancur.
Sage memutar bola matanya malas, kemudian mengayunkan tongkatnya yang ujungnya memunculkan cahaya putih. Kemudian, kepingan-kepingan yang hancur itu perlahan mulai saling menyatu, sampai akhirnya pintu tua itu kembali utuh seperti semula.
"Ck! Siapa suruh! Aku sudah memanggilmu berkali-kali, tapi kau sama sekali tidak menyahut! Kau ini punya telinga tidak, sih!"
Mendengar Sage memarahinya, Cyrus membulatkan matanya dan meletakkan kedua tangannya di pinggangnya yang ramping. "Hey, anak kecil! Berani-beraninya kau memarahiku!"
Sage kembali merotasikan bola matanya jengah. "Ck! Sudahlah! Dimana teman-temanku!" Sage melipat kedua tangannya di depan perut, membuat lengan jubah hitam kebesarannya turun ke bawah.
Cyrus menahan napasnya. Berusaha menahan emosinya kepada anak kecil kurang ajar ini. "Teman-temanmu—"
Mendadak Cyrus menghentikkan ucapannya. Wajahnya yang tadinya menampakkan kekesalan langsung berubah dengan kening mengkerut.
"Eh? Iya juga ya, teman-temanmu kemana–mereka tidak ada di sini—OH GOSHH!"
"DASAR PAYAHH!" umpat Sage dan Cyrus bersamaan.
Anak-anak gila itu kembali mengarungi lautan, menyerahkan nyawa mereka secara cuma-cuma kepada bajak laut itu hanya untuk menyelamatkan dua temannya.
Anak-anak yang sangat bodoh.
mohon maaf kalo cerita ini penuh kekurangan, karna ini pertama kalinya aku bikin cerita fantasi huhuu🙏🏻💓
KAMU SEDANG MEMBACA
Fae Circle
Teen FictionBerawal dari mencari sebuah jamur melingkar saat sedang melaksanakan perkemahan, yang konon katanya merupakan jalur masuknya para peri ke dunia mereka. Alerina, gadis yang sama sekali tidak mempercayai mitos itu tiba-tiba masuk ke dalam dunia peri...