Berawal dari mencari sebuah jamur melingkar saat sedang melaksanakan perkemahan, yang konon katanya merupakan jalur masuknya para peri ke dunia mereka.
Alerina, gadis yang sama sekali tidak mempercayai mitos itu tiba-tiba masuk ke dalam dunia peri...
"Kenapa tidak ada yang menjawabku? Dimana dia? Aku ingin berteman dengannyaa!" kata Alerina masih dengan nada antusiasnya.
Semuanya semakin terdiam. Lebih memilih menundukkan kepala dan menatap kayu dermaga yang basah dan lembap.
Alerina masih belum peka. Gadis itu benar-benar polos seperti sorot matanya. "Tapi, tunggu dulu. Omong-omong, siapa Lucy?"
Semuanya kembali menundukkan kepala. Wajah mereka terliha murung.
Sampai akhirnya, Valir mengangkat kepalanya. Wajahnya yang menyerupai wajah kucing itu terlihat memelas. "Dia adalah teman kami."
Mendengar itu, Alerina mengangguk paham dengan bibir yang sedikit manyun. Matanya sedikit memicing menatap Valir yang hanya menunjukkan wajah murung.
"Lalu? Kemana dia? Dan kenapa wajah kalian murung?"
"Dia—telah hilang sejak dua tahun yang lalu."
•••
Malam yang gelap di sebuah hutan yang ada di Kota Merlin. Hutan yang lebat, tempatnya menjulang pepohonan yang rindang. Hutan yang telah memakan banyak korban.
Hutan yang lebat, beberapa cahaya lampu menyorot kesana-kemari sembari memanggil-manggil sebuah nama yang sangat familiar.
Alerina Jane.
"ALERINA!"
"ALERINA JANE!"
"AL! KAU DIMANA!"
Suara teriakan panggilan itu terus memenuhi keheningan hutan sejak empat jam yang lalu. Gadis bernama Alerina Jane, gadis yang mendapat bagian mengumpulkan ranting kayu itu menghilang.
"AL! KAU DIMANA!" Gadis berhidung mancung namun sedikit besar berteriak, mengencangkan suaranya sekeras mungkin dengan tangan yang berada di sekitar mulutnya membentuk sebuah lingkaran, khas seorang yang sedang berteriak saat mencari atau memanggil orang.
Gadis berambut panjang hitam bergelombang itu terus berteriak tanpa henti sejak empat jam yang lalu, begitupun juga dengan para guru dan murid-murid yang sedang berkemah.
Alerina langsung dilaporkan menghilang oleh Lowi ketika gadis itu tidak ada di tempat kejadian.
Lowi menyuruhnya untuk menunggu, ia akan mengambil senter, tapi saat ia kembali, gadis itu tidak ada. Lowi pikir Alerina telah kembali ke tenda, tapi saat ia kembali ke tenda, temannya itu juga tidak ada disana.
Lowi mencari-cari keberadaan Alerina selama beberapa saat, sampai akhirnya ia pasrah karena tak kunjung menemukan Alerina dan akhirnya melaporkannya kepada wali kelas mereka.
"ALERINA JANE! DIMANA KAU!" teriak guru-guru yang sedang bertugas menjadi wali para murid.
Cahaya senter tak kunjung redup ataupun hilang selama empat jam. Lampu-lampu senter terus berjalan kesana kemari, menerangi titik-titik yang gelap, berharap gadis bernama Alerina itu memunculkan batang hidungnya.
Namun, sudah empat jam lamanya gadis itu tidak kelihatan.
"ALERINA!"
Nama itu terus diteriakkan, digumamkan dan diharapkan kedatangannya. Sampai akhirnya, sebuah teriakan seorang laki-laki terdengar dari kejauhan, suara yang begitu tegas dan berat meneriaki nama Alerina.
Lowi yang sedang berteriak, mencari-cari keberadaan Alerina kesana-kemari itu mendadak terdiam ketika indra penglihatannya menangkap tubuh tinggi dengan baju kemeja yang urak-urakan dilapis dengan sebuah jaket hitam tebal.
Pemuda itu berlari kencang ke arahnya. Suaranya terdengar terengah-engah karena terus berlari sampai ke tengah hutan.
"Apakah Al sudah ditemukan?" tanya pemuda yang tingginya diperkirakan 179-182.
Terlihat peluh-peluh keringat di keningnya yang mengucur sampai dagunya. Suaranya terengah-engah menanyakan kabar Alerina yang masih dicari-cari keberadaannya.
Lowi terdiam memandang pria berumur dua puluh tujuh tahun itu berbicara kepada wali kelasnya.
Batang hidung yang begitu tinggi terlihat dari samping. Bibir tebal merah yang terus ia basahi membuat Lowi meneguk saliva nya berat. Wajahnya yang sangat serius dan terlihat khawatir semakin membuat Lowi terdiam dengan suhu tubuh panas-dingin. Ia mulai ketakutan.
Wali kelas yang ditanya terdiam ketika melihat kehadiran laki-laki ini. Wanita berumur empat puluhan itu menatap laki-laki itu dengan tatapan sendu, sebelum akhirnya menggeleng pelan dan mengundang amarah laki-laki itu.
"KENAPA TIDAK!" Laki-laki itu mulai menggertak. Matanya membulat marah, menyorot masuk wali kelas Lowi dan Alerina.
Semuanya mendadak terdiam. Suara panggilan yang disuarakan untuk memanggil Alerina itu seketika lenyap, digantikan dengan suara gertakan dari laki-laki tersebut. Senter-senter yang tadinya bergerak kesana-kemari lantas serentak mengarah ke tanah, pertanda senter itu diturunkan.
"KENAPA KALIAN BISA LALAI! HAH! BISA-BISANYA KALIAN MENGAJAK ANAK UMUR TIGA BELAS TAHUN UNTUK BERKEMAH DAN KALIAN TIDAK MEMPERHATIKANNYA SAMA SEKALI!? DAN SEKARANG APA? ADIKKU HILANG!"
Ya, laki-laki yang datang menggertak dan berteriak adalah kakak Alerina. Jasver Rune. Ia benar-benar terlihat marah.
"BUKANKAH AKU SUDAH MENENTANG ACARA INI? APAKAH KALIAN TIDAK INGAT? LIMA TEMAN SEKELASKU JUGA HILANG SAAT KALIAN MEMAKSA MURID-MURID UNTUK BERKEMAH!"
Marah. Jasver benar-benar marah.
Bertahun-tahun ia menentang acara ini, namun pihak sekolah seakan tuli atas persoalan ini. Dahulu, saat ia duduk di bangku kelas sembilan, alias tiga SMP, sekolah ini juga memaksa para muridnya untuk berkemah—berkemah diwajibkan untuk mendapat nilai. Tapi, saat perkemahan berlangsung, lima teman kelasnya hilang disaat yang bersamaan dan sampai saat ini tak kunjung ditemukan.
Dan sampai saat ini—sampai saat ia lulus sekolah dan menjadi anggota polisi, kasus ini sama sekali belum terpecahkan.
Oh iya, omong-omong, Jasver adalah kakak Alerina. Mereka hanya tinggal berdua karena kedua orangtua mereka menjadi korban gempa bumi beberapa tahun silam. Jasver adalah polisi muda yang baru berumur dua puluh tujuh tahun.
Umurnya dengan Alerina sangat berbeda jauh.
Tadinya, Jasver sedang berada di luar kota untuk perjalanan dinas, tapi ia langsung pulang ketika mendengar kabar bahwa adiknya menghilang saat berkemah.
"TEMUKAN ADIKKU ATAU AKAN KUTUNTUT SEKOLAH DAN GURU YANG BERSANGKUTAN DENGAN PERKEMAHAN INI!"
Jasver Rune
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kalo kalian punya visual sendiri, boleh banget imagine pake visual kalian sendiri☺️