"Hey, kau benar-benar tidak apa-apa? Maaf, aku lupa memakai sarung tanganku."
Sedaritadi Valir tak berhenti mengoceh meminta maaf kepada Alerina. Ia benar-benar merasa bersalah karena telah membuat gadis itu terluka karena suhu tubuhnya.
Valir adalah peri dari kerajaan api dan tentu saja semua yang berasal di kerajaan api memiliki kekuatan api dan memiliki suhu setinggi panasnya oven. Mungkin lebih parah lagi. Bahkan rasanya saat berjabat tangan dengan Valir tadi, seperti berjabat tangan dengan oven yang telah dipanaskan berhari-hari.
"Aku minta maaf, yaa. Waduh tanganmu jadi melepuh."
Valir memiliki sarung tangan anti panas, seperti yang ia kenakan di tubuhnya. Ternyata Alerina salah. Itu bukan baja biasa. Ternyata baju yang ia katakan terbuat dari baja itu adalah baju anti panas. Jadi setiap orang yang ingin bersentuhan dengan Valir tidak akan merasakan panasnya.
Biasanya Valir selalu memakai sarung tangan, ia tidak pernah melupakan sarung tangannya. Hanya saja kali ini ia meninggalkannya di rumah temannya. Froze.
Sedaritadi tangan Alerina dibungkus menggunakan bubuk-bubuk emas berkilauan yang berasal dari sayap Mavi. Katanya itu bisa meredakan luka bakarnya, tapi tidak akan bisa sembuh.
Ternyata Alerina baru tau fungsi lain dari serbuk peri. Selain membuat siapapun bisa terbang, serbuk peri berfungsi meredakan luka apapun itu, yahh walaupun tidak bisa sembuh.
Mavi dan Valir bilang, mereka punya kenalan yang bisa menyembuhkan tangannya.
Alerina terus berusaha menahan rasa sakitnya. Sebisa mungkin ia tidak menunjukkan raut wajah kesakitan agar Valir tidak semakin merasa bersalah.
Tapi yang namanya luka bakar tetaplah sakit. Walaupun sudah tidak berjabat tangan dengan Valir saat ini, rasa panasnya masih terasa. Tangan Valir sepanas oven. Rasanya seperti menempelkan tangan di sebuah besi yang sudah dipanaskan puluhan hari.
Sampai akhirnya ketiganya terus berjalan, meninggalkan kawasan yang sangat hangat dan indah itu. Mereka menyebrang ke dalam kawasan yang udaranya mulai terasa sangat dingin. Benar-benar dingin.
Ini seperti film Tinker Bell yang ia tonton, dimana pulau peri dan pulau es saling berseberangan.
Perbatasan pulau peri bunga dan salju.
Benar. Mereka memasuki pulau es.
Dunia yang sangat berbeda dengan dunia dimana ia bertemu dengan Mavi sebelumnya. Pulau yang tadi kesannya begitu hangat, indah dan damai. Pulau yang penuh dengan bunga-bunga dan tanah subur serta rerumputan hijau.
Sedangkan pulau yang sekarang ia masuki seperti sedang badai salju. Salju-salju menumpuk begitu tebal dan membekukan. Tidak ada lagi rerumputan hijau disana. Hanya ada salju di sepanjang jalan mereka berjalan.
Bukan lagi rintik-rintik hujan, tapi rintik-rintik es.
Sekali lagi Alerina terkagum. Ia mengabaikan tubuhnya yang menggigil. Ia menatap sekeliling pulau yang dipenuhi salju itu.
Perumahan tertutup dengan lampu kuning menerangi sepanjang jalan. Rumah-rumah yang menjulang tinggi, tajam naik ke atas yang terbuat dari es beku terlihat sangat menarik di mata Alerina. Rumah salju yang sangat mustahil untuk dibuat menggunakan tangan-tangan peri.
Rumah-rumah yang dibuat menggunakan kekuatan magis.
"Kita telah sampai di perbatasan. Kita harus terbang agar cepat sampai ke rumah Froze," kata Mavi, mulai mengepakkan sayapnya.
Sekali lagi matanya menunjukkan binaran kagum melihat perbedaan warna sayap milik Mavi dan Valir. Warnanya berdampingan.
Sangat cantik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fae Circle
Teen FictionBerawal dari mencari sebuah jamur melingkar saat sedang melaksanakan perkemahan, yang konon katanya merupakan jalur masuknya para peri ke dunia mereka. Alerina, gadis yang sama sekali tidak mempercayai mitos itu tiba-tiba masuk ke dalam dunia peri...