19. cassius land

286 49 2
                                    

"RASAKAN KARENA TELAH BERANI MENGINJAK KAKI DI PULAU KAMI!"

Tiga anak laki-laki itu semakin gencar melemparkan blueberry-blueberry busuk itu ke puluhan bajak laut yang berlari tak tentu arah untuk melindungi diri. Tak terkecuali sang kapten.

Alerina, Lucy, Mavi, Er dan Sage pun seketika ikut berlari untuk berlindung. Mereka semua lari ke balik pohon besar yang ada di belakang mereka.

Sedangkan, dua pemuda lainnya duduk di dahan pohon apel sembari tertawa melihat aksi temannya mengusir para bajak laut.

Alerina menundukkan kepalanya, berharap agar wajahnya tidak terkenal blueberry busuk. Er dan Sage bukannya menahan kepalanya masing-masing, malah menahan kepala Alerina, berusaha untuk melindungi gadis itu. Mavi seperti kakak pada umumnya yang sangat menyayangi adiknya, pemuda itu menutupi kepala Lucy dengan lengannya.

"Eh? Ada yang cantik." Entah sejak kapan satu dari sang pembuat kekacauan—pelempar blueberry itu sudah berada terbang di atas mereka.

Ucapan itu ditujukan kepada Lucy.

Mendengar suara yang asing pun membuat Er, Alerina dan Sage ikut mendongak. Dan saat Alerina mendongakkan kepalanya, mata tengil nan jahil pemuda pelempar blueberry busuk itu tertuju kepada Alerina secara tak sengaja.

"Eh? Ada yang lebih cantik!" katanya membuat Alerina takut sekaligus terkejut.

"Iya, kan?" Tiba-tiba pemuda berambut blonde tadi muncul tepat di atas mereka dengan wajah terbalik karena ia sedang bergelantungan.

Pemuda pelempar blueberry busuk yang rambutnya berambut cokelat itu tersenyum genit dengan tumpukan blueberry busuk pada tangannya.

"Hai, cantik. Apakah kau mau terbang bersamaku—"

"Mulutmu sangat jorok! Jangan berbicara seperti itu kepada perempuan!" Mavi tiba-tiba menjawab dengan aura 'kakak' yang sangat dominan.

Laki-laki berambut cokelat itu mengerucutkan bibirnya dengan kedua alis terangkat. "Eh? Sudah ada pacarnya ternyata. Kalau begitu, cantik yang ini apakah punya pacar?" tanyanya kepada Lucy yang terlihat bingung sekaligus takut.

"Ada! Jangan ganggu adikku!" gertak Mavi tak suka.

Lucy hanya diam mendengar ucapan kakaknya. Ia bingung sekaligus takut.

"Owh owh, baiklah. Jangan memelototiku seperti itu. Aku tidak akan mengambil—"

"Bantu kami, cepat! Lepaskan ikatan kami!" Er menyeletuk cepat meminta pertolongan.

"Eh? Kalian bukan bajak laut?" tanya anak laki-laki satunya yang hidungnya sangat mancung seperti hidung Mavi. Namanya Leon.

"Bukan bodoh! Kalau kami bajak laut, sudah daritadi kami memotong kepalamu!" jawab Sage tak lupa dengan kata-kata mutiaranya.

Ucapan Sage membuat mata anak pulau Cassius itu memicingkan mata. Anak Cassius yang berambut cokelat itu diketahui bernama Aria.

Entah kenapa, sedaritadi Lucy memandangi wajah Aria—anak laki-laki berambut cokelat itu. Kemudian, ia beralih menatap laki-laki satunya yang berambut blonde serta laki-laki satunya yang sedang duduk di dahan pohon apel.

Matanya memicing, seperti mengenal anak-anak ini.

"Kau tidak akan menyerang kami juga, kan?" Cyrus tiba-tiba bertanya dengan tangan yang entah sejak kapan sudah memegang sebuah pisau lipat.

Aria—laki-laki berambut cokelat gelap itu menggeleng. "Tentu saja tidak. Selagi kalian bukan bajak laut—"

"Bagus!" Detik itu pula, Cyrus memotong tali yang mengikat tubuh Er. Seketika Er merasakan kebebasan.

Fae CircleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang