"Halo peri kecil–juga penyihir kecil. Selamat datang di kapal kebangganku, Forestone," sapa sang kapten dengan seringaian yang menakutkan. Ada gigi berwarna emas di sana.
Alerina, gadis itu terdiam membeku. Matanya menatap shock lengan kanan sang kapten. Seluruh tangan kirinya besar dan keras seperti batu. Seperti karakter Grock—manusia batu pada game yang ia mainkan.
Alerina terdiam sementara Mavi, Lucy dan Sage terus memberontak. Sage terus bersembunyi di belakang Alerina—padahal pemuda itu lebih tinggi daripada Alerina. Er sudah memasang badan tepat di samping Alerina.
Melihat Alerina yang shock akan kondisi tangannya, sang kapten Forestone itu menatap Alerina dengan tatapan ramah. "Ow, ternyata kau menyadari lenganku ini, ya?"
Kapten Forestone itu malah mengangkat tangannya sepantaran kepalanya. Matanya yang hitam legam itu menatap tangannya yang telah berubah menjadi batu dengan tatapan tak bisa diartikan.
Melihat Alerina yang semakin ketakutan karena sang kapten malah menyahuti tatapannya dengan sebuah jawaban, laki-laki paruh baya yang sangat kotor seperti tidak pernah mandi itu makin memajukan langkahnya, membuat jantung Alerina berdebar kencang dan spontan memundurkan langkahnya.
"Kau tau apa yang aku sukai selain harta karun?" katanya dengan suara yang sangat kecil, bertanya kepada Alerina kecil.
Melihat Alerina didekati, Er langsung meletakkan tangannya tepat di pundak Alerina, menarik gadis itu ke belakang—seperti sedang menjaganya.
Sekujur tubuh Alerina bergetar ketika kapten Forestone itu sama sekali tidak mengalihkan tatapannya. "Aku suka batu alam. Aku suka Jade, Amethyst dan sejenisnya—sampai akhirnya Paprilla—ah tidak! Tidak! Maksudku Paprilla mengutukku karena telah berani mengambil batu Aprilla nya."
Setelah mengatakan itu, sang kapten itu menegakkan badannya, menjauhkannya dari tubuh Alerina kemudian tertawa lucu. "Ahaha, seperti itulah tangan batuku ini terbentuk."
Alerina semakin terdiam mendengar penjelasan sang kapten. Sage yang berada di belakang Alerina sudah meronta-ronta minta dilepaskan. Berbeda dengan Er dan Mavi yang terlihat tenang. Lucy sudah menangis di tempat.
"Oh iya, panggil aku kapten Ores—omong-omong, Nak. Dimana sayapmu? Apakah terpotong semua seperti sayap pacarmu ini," Kapten Ores menjeda ucapannya ketika melihat raut wajah terkejut dari Alerina dan Er. "Oh? Bukan pacar, ya? Habisnya dia memelototiku terus, sih..."
Er menatap sang kapten tajam. "Cepat, lepaskan kami—"
"Tunggu, aku tidak berbicara denganmu. Dimana sayapmu? Atau kau seorang penyihir?" Kapten Ores menatap kedua mata Alerina dalam-dalam. Warna cokelat hazel pada mata gadis itu membuat mata Kapten Ores memicing. Kepalanya ia miringkan—seperti ia mengenali tatapan ini.
"Hey! Lepaskan aku! Kau tuli, ya!" maki Sage kepada bajak laut yang perutnya kembung ke depan yang kini sudah mengangkatnya seperti karung beras, lantara Sage terus memukuli bajak laut itu.
"Diam atau kau akan kulempar ke laut dan menjadi makanan ikan hiu!" ancam bajak laut gendut yang diketahui bernama Makito.
Sontak Sage yang sedaritadi memberontak memukuli Makito pun langsung diam dan berusaha menahan tangisnya.
Alerina yang tadinya menaruh fokus kepada Sage pun seketika menegang ketika ia membalikkan badannya, wajah kapten Ores sudah berada tepat di depan wajahnya.
"Matamu—seperti aku mengenalinya..." gumamnya pelan sembari menatap mata gadis itu lamat-lamat. "Kau bukan peri. Penyihir? Aku tidak yakin. Jubah terbangmu tidak ada dan ciri-ciri penyihir sama sekali tidak ada pada dirimu."
Alerina semakin terdiam kaku ketika kapten Forestone itu semakin menatap matanya dalam-dalam, membuat gadis itu meneguk salivanya berat.
Apa yang kapten ini pikirkan tentangnya?
Beberapa detik berlalu, sang kapten langsung membulatkan matanya terkejut ketika menyadari mata itu. Segera setelah ia mendapatkan ingatannya, kapten tersebut menjauhkan wajahnya dari Alerina dan berdiri tegak, membuat Alerina hanya sepantaran perutnya.
Kapten tersebut kemudian tertawa kencang. "AHAHAHA..."
Alerina semakin ketakutan ketika kapten tersebut tertawa. Tawanya yang menggelegar terdengat begitu lantang dan menyeramkan di telinga Alerina. Tiga deret gigi sebelah kiri kapten Ores terlihat mengkilat dan berwarna silver. Dan satu gigi sebelah kanannya berwarma emas.
"AHAHAHA, bisa-bisanya aku melupakan mata ini," katanya dengan tawa yang perlahan mereda.
"Matamu—matamu sama seperti milik Florence."
since i obsessed w peter pan movie, i write this scene Ahaha!! anw, who is Florence? 👀
KAMU SEDANG MEMBACA
Fae Circle
Teen FictionBerawal dari mencari sebuah jamur melingkar saat sedang melaksanakan perkemahan, yang konon katanya merupakan jalur masuknya para peri ke dunia mereka. Alerina, gadis yang sama sekali tidak mempercayai mitos itu tiba-tiba masuk ke dalam dunia peri...