Berawal dari mencari sebuah jamur melingkar saat sedang melaksanakan perkemahan, yang konon katanya merupakan jalur masuknya para peri ke dunia mereka.
Alerina, gadis yang sama sekali tidak mempercayai mitos itu tiba-tiba masuk ke dalam dunia peri...
Suara laki-laki itu menyapa saat Alerina menceritakan bagaimana ia bisa sampai di negeri ini.
Alerina mengangguk sembari menatap kagum dunia ini yang benar-benar sangat indah. Mereka berjalan keluar dari hutan yang sepi. Saat keluar, mata Alerina langsung disapa oleh udara yang begitu menyejukkan. Matanya disapa oleh indahnya alam.
Dunia ini benar-benar seperti dunia fantasi yang pernah ia nonton.
Ada sebuah air terjun di sebelah kanan saat mereka keluar dari hutan. Ada begitu banyak kuda berwarna putih bersih dengan tanduk seperti badak di kepalanya. Itu unicorn.
"Hey! Kau mau kemana!" Laki-laki itu berteriak dan langsung mengejar Alerina yang berlari ke arah unicorn itu.
Ada kawanan unicorn yang sedang berenang mengapung seperti bebek di sana. Beberapa berdiri dan mengepakkan sayapnya yang putih, membuat mata Alerina semakin berbinar kagum.
"Wahh, ternyata unicorn memang benar-benar ada!" pukaunya kagum. Benar-benar kagum.
Alerina berhenti di tepi air terjun, memandang unicorn-unicorn yang sedang mandi itu dengan hati yang berdebar, saking senang dan kagumnya ia dengan makhluk mitologi yang katanya hanya mitos belaka.
Laki-laki itu mengerutkan keningnya setelah berhasil berdiri di samping Alerina. "Apakah di dunia manusia tidak ada unicorn? Ada begitu banyak unicorn disini, karena mereka adalah hewan yang suci dan bersih."
Alerina menjawab tanpa mengalihkan pandangannya dari kawanan kuda bersayap dan bertanduk yang memiliki bulu seputih dan sebersih salju.
Alerina menggeleng. "Tidak! Mereka tidak ada. Tapi ada yang serupa, namanya kuda. Hanya saja, kuda tidak memiliki sayap maupun tanduk. Juga, warnanya bermacam-macam—"
"Aku pernah mendengarnya—"
Tiba-tiba Alerina tersentak ketika menyadari sesuatu. Ia langsung menoleh ke arah laki-laki berhidung sangat mancung dengan bola mata besar seperti boneka namun terlihat sangat menawan. Seperti tidak realistik.
"Hey, kau belum menyebutkan namamu. Namamu siapa?"
Seperti tersadar, laki-laki itu kaku dalam waktu dua detik, kemudian langsung tertawa bodoh. "Ahh, iya juga. Aku belum memperkenalkan namaku."
Alerina tersenyum riang, menunggu jawaban anak laki-laki itu.
"Namaku Mavi, aku dari kerajaan peri bunga."
"Senang bertemu denganmu, Mavi! Sangat senang! Benar-benar sangat senang!" Alerina membalas uluran tangan Mavi, menjabatnya begitu antusias sampai membuat Mavi tertawa, memperlihatkan giginya yang putih dan rapi.
Mavi dengan rambut cokelat gelap sedikit bergelombang tertawa. Benar-benar menawan.
"Oh iya, umurmu berapa? Sepertinya kau lebih tua dariku. Kalau aku, umurku 13 tahun," Alerina bertanya. Ia yakin umur Mavi tidak jauh dengan umurnya, karena wajah anak itu tidak setua wajah Jasver.
Spontan mata Mavi menaikkan kedua alisnya dan tersenyum. "Oh ya? Kau seumuran dengan Adikku. Aku? Kita hanya berbeda dua tahun—"
Tiba-tiba sebuah suara sengau memotong obrolan mereka, membuat Mavi dan Alerina langsung berbalik, menoleh ke belakang. Dilihatnya anak laki-laki berambut merah terang berdiri di belakang sana dengan baju yang terbuat dari baja.
"Valir? Ada apa?"
Namanya Valir. Anak laki-laki berambut merah terang dengan kulit yang mulus seperti bayi. Wajahnya juga terlihat seperti bayi. Lucu. Bajunya berwarna merah dan hitam, namun terbuat dari baja. Ada sebuah jubah hitam pula terlilit di lehernya. Seperti seorang penyihir.
Matanya tidak sipit, tidak pula besar. Tapi, bentuk matanya seperti kucing. Bibirnya tipis dan kecil, namun berwarna pink seperti rona di pipinya.
Anak itu juga tampan seperti Mavi.
Alerina yang melihat penampilan anak laki-laki itu pun berpikir, anak ini suka warna merah, ya? Alerina berpikir demikian karena rambutnya yang berwarna merah terang.
Seakan-akan baru menyadari kehadiran Alerina, anak laki-laki berambut merah itu langsung melemparkan senyum kepadanya, membuat kedua lesung pipi langsung tercetak, membuat senyumannya terlihat sangat manis.
"Siapa dia? Apakah ada peri pindah ke negeri ini lagi?" Suaranya seperti autotune. Sengau. Seperti hidungnya tersumbat saat berbicara. Namun tetap terdengar nyaman.
Mavi sontak menatap ke arahku. "Dia—"
"Apakah kau peri juga? Kalau aku manusia. Salam kenal. Aku Alerina!" potong Alerina cepat dan sangat antusias.
Senyuman Valir tadi mendadak berubah menjadi raut wajah bingung. "Apa? Manusia? Klan apa itu?"
Mavi mengusap wajahnya gusar. "Nanti kujelaskan—"
"Hai, Al. Salam kenal. Namaku Valir, peri dari kerajaan api—"
"WAHHH!"
Alerina langsung berteriak begitu tangannya berjabat dengan tangan Valir. Sensasi panas yang melepuh langsung membakar tangannya, membuatnya buru-buru melepaskan tangannya dari tangan Valir.
Valir yang melihat Alerina kesakitan karena suhu badannya pun langsung merasa bersalah dan panik. "Astaga! Aku lupa! Maaf ya! Astaga bagaimana ini!"
"ALERINA!"
Mavi
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Valir
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
ada yang main mobile legends? nama valir terinspirasi dari karakter ituu wkwkw. anw, aku ml lovers🫶🏻
buat yg gatau valir, di mobile legends itu ada satu hero yg punya kekuatan api, namanya valir. dan ya, aku namain valir karena terinspirasi dari hero ituu