09

35 10 5
                                    


*******

Tap

Tap

Tap

"Ehhhhh? "

Seorang gadis dengan seragam rapi rak lupa rambut hitam pekat yah twrurai itu terlihat heran. Ia yang akan menuruni anak tangga itu menghentikan langkahnya saat melihat seorang pria paruh baya yang ber status sebagai ayahnya itu duduk dimeja makan rumahnya.

Pasalnya, setelah 5 tahun lalu ayahnya tak pernah sekalipun memakan makanan dirumah gadis ini. Ayahnya bahkan jarang sekali pulang. Lantas apa yang membuat sikap ayahnya beberapa hari ini berubah.

"Ayah dengar, kau sudah tidak terlalu dekat dengan anak yang bernama L itu. Ayah senang kau mendengar nasihat ayah." Ucap Wrnald dengan wajah datar.

Setidaknya gadis ini tau, ayahnya datang hanya untuk seorang pria yang ia cintai.

"Itu bukan nasihat tapi larangan." Tegur Irene kembali berjalan mwnueuni tangga.

Ernald hanya bersikap datar. "Duduk dan sarapan dulu," Minta pria itu.

"Itu sih yang mau aku lakukan." Sahut Irene.

Kaki putih mulus milik gadis itu akhirnya berhenti didepan meja makan. Bokongnya ia twmpelkan pada kursi agar bisa duduk dengan nyaman.

"Ohhh." Gadis itu tiba tiba mengingat sesuatu. "Ayah aku boleh bertanya." Tanya gadis itu.

"Ya." Balas Ernald.

"Hmm menurut ayah, apa tempat yang paling aman?" Tanya gadis itu.

Ernald terlihat berpikir lalu sedetik kemudian menjawab. "Kalau dalam lingkup dunia, itu negaramu. Kalau dalam lingkup pemerintah itu keamanan atau militer kalau dalam lingkup lingkungan itu kantor polisi, kalau dalam lingkup barang itu bank, kalau dalam lingkup tempat itu rumahmu," Jelas pria itu sambil menunggu makanan datang.

Ya tidak heran jika ayah da putrinya ini masih mwngobrol. Makanan belum datang dihadapkan mereka dan memberi waktu mereka untuk berbicara.

"Lalu apa sesuatu yang hanya kau saja yang mengetahuinya?"

"Itu susah pasti sesuatu yang hanya menjadi milikmu. Seperti barangmu, tempatmu, kekasihmu, atau uangmu," Jelas pria itu lagi.

Irene tak berhenti disitu saja. Rasa penasaran akan mimpi dan pesan dari Lucifer membuatnya ingin bertanya. Sudah beberapa hari ia berpikir dan masih belum menemukan jawabnya.

"Lalu sesuatu yang selalu kau gunakan?" Tanya Irene lagi.

Ernald menatap seorang pelayan yang baru saja datang. "Itu suatu kebutuhan atau suatu hal, dan benda yang kau perlukan setiap hari." Ucap pria itu dengan pria mata yang mengikuti arah makanan.

"Diem dan makan." Lanjutnya lagi mengingatkan putrinya.

*******

"Taukah sakit yang tak terobati?"

Kaki mulus putih memasuji gerbang ber chat hitam SMA GERHANA. Melody ua pantulkan dengan suaranya.

LuchiferTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang