04

56 13 20
                                    


**********

Bulu mata lentik yang terlihat menutupi mata hitam pekat mulai terbuka. Gadis yang awalnya merasa di penuhi kegelapan, kini menatap dinding putih.

Ia melihat sekeliling, dan menemukan perban di kakinya.

Matanya lalu mencari, hingga menemukan Ruangan yang sedang ia tempati.

"Ini di UKS sekolah?" Ruangan yang Irene tempati adalah UKS di sekolahnya .

Iris matanya lalu menemukan seseorang yang tengah tertidur. Seorang pria dengan pahatan wajah indah yang terlihat sempurna meski dalam keadaan tidur.

Buku mata lentik, Rahang yang keras, Hidung yang mancung, kulit yang putih, dan bibir semerah ceri.

"L," Panggil Irene dengan lembut.

Tak ada jawaban yang keluar, membuat sang gadis sedikit tersenyum. Ia dengan usil mengelus rambut pria yang tengah tertidur di samping kasurnya uksnya ini.

"Rambut L halus banget, lembut lagi." Pujinya.

Entah dapet dorongan dari mana, gadis itu dengan berani memajukan wajahnya untuk mencium wangi rambut Sang pujaan hati ayang cogannya itu.

"L.........." Lirih gadis itu berbisik.

"Iya........"

Mata lavender biru terbuka. Memperlihatkan keindahan sempurna dari wajah pria dihadapanya.

Kontak mata terjadi, dalam jarak yang begitu dekat antara keduanya. Membuat Irene mulai nersemu dengan pipi merah padamnya itu.

"L curang, kalau natap gitu aku diterpa Butterflies efec tau!" Malu Irene menutup wajahnya.

Entah mengapa gadis ini malu malu kucing di hadapan pujaan hati ayang coganya ini. Padahal kemarin dengan sembaranganya dia malah bersedia ditabrak motor pujaan hatinya. Emang gila dia.

"Udah gak sakit?" Tanya L pelan menatap Irene yang masih menyembunyikan wajahnya itu.

"Make nanya lagi, udah gak sakit lah, orang yang ngobatin L juga." Ucap Irene dengan nada yang sedikit tinggi.

L tiba tiba berdiri. "Pulang." Satu kata yang keluar dari bibir semarah ceri pria ini berhasil membuat Irene menurunkan tanganya.

"Pulang?" Beo Irene.

L hanya mengangguk seraya mengulurkan tanganya.

"Mau apa?" Melihat gelagat L Irene bingung dengan arti uluran tangan itu.

"Kaki kamu, yang kemarin belum sembuh, yang sekarang nambah lagi. Sakit." Datar L tanpa ekspresi.

"Sakit?" Beo Gadis itu lagi.

Tampa menjawab pertanyaan Irene, L tina tiba langsung menggendongnya ala ala bridal style.

Irene tampak membisu degan bibir yang sedikit terbuka. Ah tidak, dia sudah terhipnotis oleh L.

"Jangan ditatap." Ujar L seketika.

"Kenapa? Malu ya? Hm?" Sahut gadis itu bertanya.

Namun, L tak menunjukan ekspresi tengah malu. Pria itu lagi lagi bersuara "kamu gak bakal suka." Sendunya masih menatap lurus kedepan.

LuchiferTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang