26

25 6 18
                                    


*********


Pagar putih, menarik ketiga manusia itu untuk masuk. Halaman luas yang basah akubat dterpa hujan tak menutupi keindahan tanaman tanaman gantung.

Dalam halaman kecil itu, pintu putih dengan tulisan

Open

Seakan menarik ketoganta untuk masuk. Menatap Ruangan kecil yang hanya di isi beberapa meja.

"Nona, anda mencari apa?" Hangat pelayan wanita yang berkepala empat bertanya.

Dia tersenyum, menatap Irene yang membuat gadis itu ikut tersenyum. "Anu tante, boleh minta tolong?" Ucap Irene yang labgusng dingguki paham wanita tua itu.

"Tentu, ada yang bisa saya bantu." Irene menggaruk pelan kepalanya yang tak gatal.

"Anu, bukan masalah besar."

"Yang penting jangan meminjam uang, utang aay saja belum dibayar." Ucapan wanita itu berhasil membuat Avan dan Ivan ternganga.

"Gak tante. Ngapain minjem duit, kau duit mah nyarinya gampang, tinggal jual kakak saya," Ngawur Ivan berucap seray melirik Avan.

"Gak ada, semabarabgan lo,sialan" Sahut Avan tak Terima.

Tanpa memeduoikan kedua manusia yang mulai bertengkar lagi itu, Irene mengeluarkan sebuah surat.

Surat yang berhasil membuat Wanita itu menatap heran kearah Irene. "Nona nona, Irene yah?"

Seakan sudah mengenali gadis di hadapanya, wanita ini terlihat tak percaya. Pupil matanya melebar menatap Irene dengan Raut wajah Rindu.

"Nona, beneran Non Irene?" Tanya wnita itu lagi.

"Yailah masa dia iron men." Sinis Ivan Mengerutkan dahinya.

Plak

"Sama orang tua gak boleh ngegas goblok." Avan memberikan bogeman mentah pada Ivan.

Dengan cepat mebuat pria itu mengelus elus kepalanya itu. "Sakit Pea." Umpat Ivan.

Gelengan pelan tak bisa ditahan Irene. "Tante, anu, saya emang sering kesini ya." Tanya Irene penasaran.

"Iya Non, 7 tahun lalu, nona sering kesini, waktu itu umur saya 35 tahun. Nona sering dateng bareng keluarga kecil non. Kadang kadang non dateng sama cowok." Terang wanita itu tersenyum hangat.

Ingatan tentang Irene kecil membuatnya sangat bahagia.

Berbeda dengan Irene yang memasng wajah muram. "Siapa nama Cowoknya?" Curiga gadis itu.

"Kalau gak salah, Non sama cowok itu, sering dateng ketempat ini berdua. Di ruang VVIP nomor 7.kalau gak salah juga namanya Lu-Lichi Lechi bukan Luchi______

" Luchifer?"

"Nahh itu non, bener banget Aden Luchifer." Wanita itu berseru sambil memberikan jempolanya.

"Anu tante,kalau boleh kapan ya terakhir kali saya datang sama Luchifer?" Wanita paruh baya menaikan tanganya memegang dagu. Matanya menatap kearah lain dan tengah dengan pikirany yang mulai bekerja.

LuchiferTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang