31

25 7 4
                                    


*******

Malam itu hujan turun lagi. Di rumah sakit Suryananti, kamar 07 seorang gadis sudah tertidur pulas. Mengistirahatkan tubuh dan pikiranya dari hal hal negatif.

Di dekatnya, ada pria seumuranya yang ikut tertidur karena kelelahan menjaga.

Tiba tiba, seorang pria masuk. Pria dengan setelan hiam yang terkena bercak merah noda darah. Sudut bibirnya mengeluarkan darah yang kembali basah karena tubhnya terguyur hujan.

Perlahan lahan langkahnya mendekati tempat Irene. Dengan sepatu basah yang meninggalkan noda.

"Irene, apa kamu baik baik saja?!"

Tetsh

"L sebaiknya kamu keluar. Iren lagi tidur gak baik kalau dia bangun." Avan menepis tangan L yang akan menyentuh Irene.

Pria itu terdiam. Perlahan lahan kakinya mundur dari ruangan. Pintu juga pria itu tutup kembali. Seakan mengisyaratkan Gue gak bakal datang lagi.

Brukh

"Ya Tuhan, kutu kupret siapa ini!" Kaget Avan mendengar pintu yang didobrak.

Dari arah belakang, pria dengan baju putih polos itu terkekeh pelan. "Hehehehhe udah jelas kutu kupretnya kakak!"

"Van, kalau mau ribut keluar aja deh loh. Iren lagi tidur goblok!"

"Yang bilang dia lagi nyuci baju siapa?" Timpal Ivan bertanya. Memang kalau bicara dengan anak ini tidak akan pernah selesai.

Avan memijat pelipisnya seraya mengheka napas panjang. "Jadi ada urusan apa kutu kupret?" Tanya Avan.

"Nahh, jadi gini van....... Sebenarnya........ Gue uga gak tau mau ngomong apa!"

Bukh

"Si Anjing!" Satu bogeman mentah jatuh dikepala pria yang tengah menunduk dan merengek ini.

"Hueeeee....... Hueee..... Huaaaa... Hua.... Doktel Doktel tolong ipan, ipan dianiyaya hueeeeeee......" Ivan ini, memang sangat halal untuk digeplak. Bukanya meminta maaf pria ini malah merengek tak jelas sambil memutar badanya berliuk liuk dilantai bagai anak kecil.

"Udah dehh. Drama lo kelebayan, jadi ada urusan apa? Kalau gak penting gue usir nih!"

"Jadi gini, kenapa L gak diizinin masuk."

Tiba tiba suasana berubah. Avan tampak serius menanggapi perkataan Ivan.

"Kita bicara diluar aja, gak enak ada Iren disebelah"

******

"L itu itu pembunuh!" Ivan diam. Dibawah payung yang menghalau hujan pria itu membisu.

Bukan kaget karena temanya L adalah pembunuh. Ia kaget, karena kakaknya mengetahui kebenarannya ini. Pupil matanya melebar dengan bibir yang terbuka sedikit.

"Iya, 7 tahun lalu, ibu Irene tiada tepat ditangan pembunuh itu. 9 tahun lalu, keluarga Aledia dimusnahkan pembunuh itu, 5 tahun lalu," Avan mejeda sedikit.

LuchiferTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang