20 || Hari Yang Sial

186 168 34
                                    

Happy reading......

*******

Semoga kalian mengerti begaimana cara menghargai karya seorang penulis

..............

Gibran sudah sangat mengantuk untuk pelajaran kali ini telinganya sampai panas mendengarkan ocehan dan ceramahan Pak Mardi siang ini. Kultum yang di berikan Pak Mardi emang bukan main.

Pak Mardi ini udah tua, botak nya sangat mengkilap, pendek lagi.
Sesuatu ide jail muncul di otak Niko, ide yang sangat tidak patut untuk di contoh.

"Gib jailin botak aja yuk!" Seru Niko.

"Apa-apa?!"

Niko yang sedang berfikir untuk menjaili gurunya ini. "Gimana kalo kita kempesin ban motornya si botak aja!" bisik Niko pada Gibran.

"Gasss, istirahat kita langsung cabut!" Seru Gibran.

Riski yang mendengarkan ide jail mereka hanya diam karna Riski tidak ingin ikut campur dan hanya ingin melihat hasilnya saja, lagian juga kalau di hukum mereka yang kena kan.

"CEPETAN ANJING, UDAH BELUM LAMA BANGET LO!" Omel Gibran yang menggoyangkan lengan Niko dengan kencang.

"Sabar anjirt!" Maki Niko.

Dan bssss suara gas motor berbunyi menandakan angin yang ada di ban motor sudah keluar, dan motor pak botak sudah kempes sempurna.

"Rasain lo!" Girang Niko dan menendang ban motor nya si botak.

"KABUR KO BURUAN ANJIRT!" Ucap Gibran.

Dari tadi di toilet Nana yang sudah lama menunggu Amel pun tidak balik balik. Sudah beberapa menit Nana menunggunya tapi orang yang di tunggu tunggu tidak kunjung datang.

Nana membuka pintu toilet dan memunculkan kepalanya dari pintu dia celingak celinguk sendiri siapa tau ada orang yang lewat dan bisa dia mintai bantuan.

Nana berdecak kesal "Amel juga di telfon gak di angkat-angkat, chatnya juga gak di bales satu pun!''

Nana menutup pintunya kembali dan memejamkan matanya rapat-rapat, aku harus secepetnya keluar dari sini karena sebentar lagi bel masuk akan bunyi. Satu ide terlintas di otaknya tapi dia sangat malu untuk meminta bantuannya, masa iya dia minta tolong sama Gibran, tapi kalo gak gini dia bisa lumutan lama-lama disini.

"Oke gakpapa, malu terakhiran" Monolgnya sendiri.

Nana mengambil hp dari saku seragamnya dan mencari kontaknya Gibran.

Iban Chan🐨

Ibann

Iya?

Dimana?

Di kelas sayang kenapa?

Tolongin Nana

Kamu kenapa Na? Sekarang dimana?

Di toilet Nana dapet gak bawa itu

Itu apa? Soptek?

Ck iyaa, udah sana beliin

Chatnya hanya di read oleh Gibran, Nana sangat khawatir jika dia tidak membelikannya dan hanya membaca chatnya saja.

Setelah beberapa menit, lumayan lama menunggu Gibran yang tidak ada kabar dan akhirnya dia sudah datang.

"Nih" Ucapnya.

GIBRAN [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang