Sasha tiba-tiba menarik lengan Lengkara keluar dari barisan. Sebenarnya gadis itu tak benar-benar menginginkan mainan anak-anak tersebut melainkan hanya ingin, cari perhatian. "Kakak, cantik. Mauu balon!"
Tepat di mana sekumpulan cowok tadi berdiri, mampir ke pedagang cilok. "Heh, bocah. Lu jangan malu-maluin gua lu," desis Fauna, cewek paling sok kul. Sasha dengan kunciran kuda memamerkan polos senyumannya.
"Kapan lagi, gila? Ya kan? Ketemu Mandaswara Band!" Belum apa-apa anggotanya diserbu oleh kerumunan cewek-cewek remaja penyuka band.
Lengkara melirik kedua temannya lalu berjinjit. Ingin melihat bagaimana bentuk wajah anak band yang sedang naik daunnya, dagunya ikut terangkat.
"Mata keranjang lu, kemarin perasaan beda lagi," cibir Lana menunjuk-nunjuk lantaran kelewatan kesal.
"Terus gimana cowok yang ngasih lu iket rambut kemarin? Apa masih suka?" Lengkara bertanya. Sasha memutar bola mata seharusnya hal seperti ini tak perlu dijelaskan.
"Seleb, sama krus beda!"
"Kelamaan ah, gue ajakin kenalan duluan." Fauna angkat kaki bak tidak punya beban di pundaknya. Diikuti oleh Sasha malu-malu di belakang. "Cowok! Cuit, cuit, cuitt!"
"Jangann, itu namanya catcalling," tegur Lengkara panik.
"Emang catcalling berlaku buat cowok?" Entah bagaimana pertanyaan Fauna tadi sulit dijawab. Mana mereka tau jika dirinya diam-diam mengenal Mandaswara, selain anggota, semua identitas patut dirahasiakan.
"Lamaa." Tau-tau Sasha dan Lana di depan, kebetulan sekali ada anak lelaki yang keluar dari kerumunan para fans. Biarpun wajahnya bersembunyi di balik kain sekalipun Sasha tau dia tampan.
Jadilah mereka nongkrong di pedagang balon. Hanya untuk menyaksikan cowok-cowok yang katanya ganteng dan populer. Sebenarnya sih, berlaku pada Sasha saja. Lana sudah malas begitu tau diri mereka sulit digapai. Tetapi berbeda bagi Sasha.
Lana melihat temannya mengedipkan mata genit pada seorang lelaki yang sempat membeku di tempat lantaran kaget. "Pasti dia kaget ngelihat kecantikan gue nggak sih?" tanyanya heboh.
Lana memutar bola mata mendadak gerah sendiri. "Bangun woi, mereka nggak bisa digapai mau lo tidur seribu tahun juga," katanya menyiratkan makna serasa pedih di hati.
Bukannya sadar diri. Sasha malah lanjut menggoda melambaikan tangan ke arah cowok yang kelihatannya terpisah sendiri dari teman-teman.
"Ganteng...."
"Astagfirullah, Sasaaa lihat mukanya aja belum anjim emang!" Lana menarik badan Sasha namun gadis itu enggan melangkah seperti sengaja terpaku.
Pupil Sasha membesar ketika cowok tadi melangkahkan kaki berbelok, bukan ke arahnya. Entah keberanian dari mana ia langsung mencegat dari arah depan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Catching Feeling
Teen FictionSerangkaian kisah tentang Mahareza dan Megantara. Malapetaka berawal dari Naren, seorang mahasiswi sekaligus fotograper amatiran yang disewa oleh seorang wanita, mengambil foto dari selebriti yang namanya sedang hangat-hangatnya diperbincangkan kare...