Berkumpul di deretan hunian khusus mahasiswa. Kos-kosan yang terletak lumayan strategis ini berada di depan masjid, minimarket, pasar, rumah sakit, setidaknya tidak terlalu jauh dari kampus jika menggunakan kendaraan.
Belum pernah terpikir akan hadir di sini. Mundur selangkah mengamati satu tempat, letak di mana ia menurunkan seseorang yang kini resmi menjadi kekasihnya. Rendra menyambut menggunakan seulas senyuman menggoda.
"Keren, kan?" katanya kemudian nyengir girang.
"Apanya?" tanya Nata. Antara pura-pura tak tau atau memang tak mau tau.
"Kita bisa ada di depan kosan ayang lu lahh," jawab Rendra lagi bingung.
Raut wajah Nathala seperti banyak pikiran dan penuh keraguan. Rendra mendecak sebal jadinya, kok bisa ada orang baru pacaran sudah nampak hilal konflik?
"Yee."
"Kalau selesai diskusi? Semuanya udah boleh pulang." Ketika sang manager telah menyepakati dan sekarang anak-anaknya boleh pulang ke rumah atau kosan masing-masing.
Semuanya berhamburan Roland menahan bahu Nata dengan lembut. Agak terkejut sebenarnya tetapi masih bisa mencetak tulus sebuah senyuman. "Tapi satu nih, khusus buat lo." Nathala fokus mendengarkan.
Khusus? Apanya khusus? Apa suatu yang menyenangkan untuk didengar malam ini? "Kalau lu, nggak boleh pacaran."
Reaksinya? Jelas kaget. Nata mendelik heran, otaknya kesulitan untuk menerjemahkan maksud ucapan Pak Roland dalam waktu amat singkat. "Loh, h-ha? Kenapa emangnya?"
"Kenapa? Mang lagi pacaran?" selidiknya. Menerawang ke dalam mata.
"Hm-nggak sih nanya aja. Agak aneh aja," balas Nata menggaruk tengkuk tak enak hati sedikit berbohong.
"Berhubung nama lo kan lagi melambung dan banyak banget yang suka sama band kita, apalagi vokalisnya. Jangan sampe fans lo pada kecewa, kalau enggak ya ... Bisa gue pecat." Astaganaga. Untung sosok Naren belum terlihat. Lagipula, mau menjawab apa dia?
Saat menundukkan kepala dalam, Rendra datang untuk merangkulnya bersama teman-teman, menepuk-nepuk punggung sang kawan menguatkan. Sudah tertebak akan terjadi hal seperti ini, karena Nathala sendiri masuk bukan melalui jaringan koneksi.
Jadi dia harus tampil sesempurna mungkin. Tanpa mengeluarkan kata-kata tatapan yang meredup menyampaikan isi hati. Marcell dan Devano sangat mengerti apa yang akan terjadi setelahnya. "Siap, Pak, " jawabnya. Membuat semua mata tadinya mengantuk melongo.
"Sip lah. Udah malem bener, untuk sementara tidur di kosan Rendra dulu dah."
"Gua sama dia? Ihh kaga mau ah, entar dikira gay gue beduaan sama dia," katanya belagak jijik demi memancing emosi seseorang meledak.
"Dih, anjing! Coba ngaca dulu ah, gue juga mau ngehomo milih-milih kali, yakali sama lu," ledeknya menjulurkan lidah. Nata suka sekata-kata, padahal Rendra sudah punya gebetan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Catching Feeling
Teen FictionSerangkaian kisah tentang Mahareza dan Megantara. Malapetaka berawal dari Naren, seorang mahasiswi sekaligus fotograper amatiran yang disewa oleh seorang wanita, mengambil foto dari selebriti yang namanya sedang hangat-hangatnya diperbincangkan kare...