"Huweee. Tanggungjawab nggak lo?!" Itu bisikan, namun untungnya dapat membangunkan.
"Hah?!" Nareina benar-benar gemas saat dia santai saja masih mengucek mata.
"Hah heh, hoh. Lo nggak inget apa pura-pura lupa?!" Padahal setaunya lelaki itu tidak berada dalam pengaruh alkohol sama sekali.
"Apanya??" Pake nanya.
"Kita ngelakuin itu anjingg semalem."
"Ah--serius lo? Gue kira cuma mimpi."
Naren berpaling melihat hampir seluruh badannya ditutupi oleh selimut, dan laki-laki yang semalam bersamanya ada di dekatnya. Selanjutnya, memukul mulutnya agar tidak berteriak kencang.
"K-kita beneran?" Nathala memijat pelipisnya habis merotasi matanya ke arah Naren dan dirinya bergantian, keduanya tidak mengenakan pakaian.
Bruk!
Badannya kembali tumbang di atas kasur membuat Naren semakin gemas akhirnya mengelitikinya. "WOI, WOI, tadi malem lo inget kita pake kondom apa engga?!"
Nathala yang masih ngantuk melirik sekilas. "Hm, pake nggak ya... emang lo punya kondom?"
"Enggak...," gumam Naren melemah. "Lo nggak ada beli kondom dulu apa, bangsat?!" bentaknya lagi.
"Seinget gue pas bawa lo pulang udah malem banget, gue ngantuk juga mana mungkin sempet beli kondom, Nar?! Lagian gue--nggak kepikiran kita bener-bener ngelakuin itu," jelas cowok itu, pipinya bersemu malu.
"Ya, berarti.... " Naren mengendus kasar menyibak selimutnya cepat dan segera memakai baju, sudah tak peduli mau Nata menjadikannya tontonan apa tidak. "Heh, brengsek! Lo tau nggak sih, Nata?" Menatap sengit membuat cowok itu refleks menjauhkan kepala.
"Sorry sorry, Nar yang semalem gue bener-bener kelepasan lo si nggak nolak, seenggaknya mukul gue kek." Keduanya tampak sama frustrasinya.
Gigitan bibir Naren memelan mendengar penjelasan kejadian tadi malam. "G-gue kayaknya masih mabuk malem itu," dalihnya. Memejamkan mata kembali berpikir.
"Nggak inget...? Serius, sama tantangan lo juga?" Nata mengangkat alisnya. Sialan, sempat sempatnya dia.
Sialnya sebenarnya Naren masih ingat jelas. "Fuck you." Ia mengacungkan jari tengah ke depan cowok itu, dengan ekspresi yang sudah tertebak bentuknya.
"Don't worry, gue akan tanggungjawab kalau sampe ada hal yang nggak diinginkan terjadi sama lo." Mudah sekali dia bicara.
Ingin rasanya Naren memotong burung laki-laki itu karena menyepelekan kecemasan yang ia rasakan. "EH, anjing! Sepele banget kayaknya perasaan gue buat lo?!" Ia menjewer sebelah telinganya saat lelaki itu mulai berdiri
Di matanya persekian detik lalu Nathala benar-benar menjadi sosok buaya brengsek yang akan mengencani wanita hanya untuk bersenang-senang."Aak! Iya iyaa!" Meringis dia balik menatap Naren. "Ya gimana lagi, Naren? Lo juga salah nggak ngusir dan mukulin gua malem itu, kan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Catching Feeling
Teen FictionSerangkaian kisah tentang Mahareza dan Megantara. Malapetaka berawal dari Naren, seorang mahasiswi sekaligus fotograper amatiran yang disewa oleh seorang wanita, mengambil foto dari selebriti yang namanya sedang hangat-hangatnya diperbincangkan kare...