Setiap pertemuan tidak selalu berarti dapat disatukan. Akan selalu terlahir sebuah berbeda. Termasuk, perbedaan perasaan. Kakinya bergeser pelan menyingkir dari tempat barusan. Padahal hanya melihat sekilas rasanya sudah cukup menghantam. Menepi memegangi dada.
"Kok sakit njir, masa iya gue belum move on." Kepalanya merunduk mendalami jarum menusuk-nusuk dalam dada. Matanya terpejam sekejap teringat akan bayangan-bayangan lampau memenuhi, berputar-putar di kepala.
Tersentuh bahunya dengan lembut, seketika lantas menyadarkan dirinya penuh.
"Ngapain di sini?"
Mang Rojak menanti kepalanya terangkat. Di luar dugaan melihat keadaan anak bujang itu seperti sedang menahan sesuatu dari kepalan tangan.
Sejak selasa lalu lelaki ini datang setidaknya dua kali sehari."Eh Mang Rojak, Nareinanya masih nggak ada?" Semua orang juga tau dia hanya pura-pura bertanya. Kerutan di muka Rojak justru menambah kesan keseriusan kali ini. Aneh, karena tak biasanya dia yang ceria tampak sangat, menyedihkan.
Tak ingin memperlihatkan kelemahannya pada orang lain, mengusap wajahnya. Badannya berdiri tegap, menghela napas amat panjang. "Nitip lagi yak," katanya disertai senyum amat tipis. "Punten, ngerepotin."
"Nggak lah. Udah dua cowok sering nitip barang sama gua buat Neng Naren. Nggak lo doang," kekehnya geli.
"Hah, lah ada lagi yang lain selagi gua?" ucapnya seperti berbicara pada diri sendiri.
"Adaaaa."
"Siapa namanya?"
"Intinya teh tinggi, putih, terus apa yak manis sama sih kayak lu, cuma lebih tirus."
Ah? Tak lain dan tak bukan pasti Arkan. Netranya turun pada tanah depan area kostan yang telah habis digenangi oleh hujan semalaman."Musim sakit, udah sono pulang. Nanti gue sampein ke Naren, tenang."
"Hehe siap! Jangan lupa suratnya, jangan sampe ketinggalan lagi!" Nata memperingatkan pada pria itu dibalas senyuman dan anggukan patuh.
Tubuhnya serasa kurang fit beberapa hari belakangan. Beruntung ada Lily menemaninya khusus sehari semalam.
Sedikit mengejutkan ketika menemukan plastik hitam di depan pintunya. Sebenarnya bukan hal baru tetapi tetap mengagetkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Catching Feeling
Teen FictionSerangkaian kisah tentang Mahareza dan Megantara. Malapetaka berawal dari Naren, seorang mahasiswi sekaligus fotograper amatiran yang disewa oleh seorang wanita, mengambil foto dari selebriti yang namanya sedang hangat-hangatnya diperbincangkan kare...