Laju kendaraan bersama mesinnya yang sebenarnya agak mengusik si pengendara. Membelah jalan yang sedikit lengang sembari fokus tetap berhati-hati. Sebelah tangannya menarik gas entah sudah yang keberapa kali, sampai manusia di belakang protes. Memukul lengannya berkali-kali.
Tak ragu menyalip banyak kendaraan. "Apasi." Ditambah lelaki itu menolehkan kepalanya lagi membuat seseorang panik setengah mampus, takut-takut ini menjadi perjalanan terakhir.
"Ha??" Kupingnya kesulitan merespon jelas teriakan yang bertransformasi menjadi gumaman tidak jelas.
"Nggak denger gue!" decaknya malah makin melajukan kendaraannya melesat. Lagipula sebentar lagi juga sampai maka ia abaikan saja segalanya.
Kecemasan berakhir dengan helaan napas panjang. Untung gue nggak jadi mati. Padahal anak bernama Rendra itu sudah memilikirkan banyak hal jika dia benar-benar mati di sini. Si pengendara malah kelihatan santai memamerkan senyum polos tanpa adanya dosa. Bibirnya langsung memberenggut mau mukul tapi gedean doi.
"Ampe kering gigi gue anjirr."
"Ngebut banget lo bawa motor dah. Mantan pembalap kan lo?"tuding Rendra wajahnya memelas mana memerah juga bak menahan tangis. Jika bisa, Nathala mau ketawa.
"Ah, enggak. Siapa bilang?" tantangannya. Sungguh, menurut Rendra mukanya anak ini songong sekali.
"Halah, muke-muke lu kan emang mirip berandalan, ngaku aja deh." Mentang-mentang muka Nathala lagi dekil-dekilnya malah dibilang mirip berandalan, cowok itu mendengus sebal sehabis melirik penampilan sendiri.
"Muke lo tuh, kek jamet," cibirnya masih betah ngobrol di atas jok motor. Dengan santai mencari bahan sebat.
"Anjing! Muka gue mah mirip artis korea nyett." Rendra mengaku-ngaku percaya diri saja bersama kedua mata membulat sungguhan marah.
"Artis korea apanya."
"Noh, temen gue bilang mirip artis kesukaannya. Wleee!" Anak yang katanya kuliahan itu benar-benar bertingkah layaknya bocah SMP yang masih suka menjulurkan lidah ketika bertengkar. Nata memerhatikan heran.
"Kaga ah. Mana ada artis korea mirip lu," ucapnya lantas merobek-robek kepercayaan diri Rendra yang susah dibangun. Ia membuang muka merajuk lalu meninggalkan Nata sendirian di parkiran.
"Woi! Ren, tunggu gua!"
Bruk! "Brengsek!" Mau buru-buru malah sebelah kakinya lagi tersangkut. Spontan matanya melihat sesuatu di dashboard sebuah benda asing.
Tangannya mengangkat benda itu pelan. Timbul pertanyaan lain di benaknya. "Mamah punya iketan kayak gini? Ia menggelengkan kepala ragu-ragu.
"Punya si cewek?" Sudut bibir gatal lantas terkikik kecil, senyum-senyum sendiri. "Ya iyalah. Nggak mungkin punya gue, gue kan cowok," katanya menyakinkan juga sambil ketawa girang. Bisa sangat yakin karena seharian memang belum dapat pelanggan lagi selain cewek aneh yang pernah keceplosan bilang bahwa dia cowok keren.
KAMU SEDANG MEMBACA
Catching Feeling
Teen FictionSerangkaian kisah tentang Mahareza dan Megantara. Malapetaka berawal dari Naren, seorang mahasiswi sekaligus fotograper amatiran yang disewa oleh seorang wanita, mengambil foto dari selebriti yang namanya sedang hangat-hangatnya diperbincangkan kare...