"Na-thala, Mahareza kan?" Yang mendapat teguran terperanjat kaget. Ternyata itu Lana, dulu mereka pernah menjalin hubungan spesial. Tak disangka-sangka rasanya bisa bertemu di hiburan malam, setelah sekian lama.
Ia menatap gadis itu dari atas ke sampai bawah, ternyata masih sering memakai seragam formal yang disebut sebagai simbol persahabatan. Kalau tidak salah sih begitu.
Bedanya sekarang berani perempuan itu menyisakan dua kancing atasnya terbuka. Secara perlahan ia menyingkirkan gelas di meja, lanjut mengisap tembakau lalu tersenyum tipis. "Duduk," gumamnya menepuk sofa.
"Apa kabar? Gue lihat-lihat udah akur aja sama tuh Mandalaka. " Gadis tadi membalas senyumnya ramah. " Lama diabaikan ia berdeham keras. "Cowok yang pernah dijulukin kupu-kupu?" tanyanya lagi sementara alis Nathala bertaut melupakan satu fakta. "Kok bisa ya kita pernah pacaran."
"Nggak ketauan siapa-siapa lagi, keren kan gue soal ginian?" serunya.
Lawan bicaranya merendahkan badan pada sandaran lalu melepas kemejanya. "Tenang aja. Udah tobat."
"Hahaha, btw gue mau duduk di pangkuan lo aja kali, boleh?" Netranya menajam bak salah dengar, akhirnya mengangguk saja patuh.
Lagipula, sudah lama Nathala meninggalkan kebiasaan lamanya itu. Berawal dari kenalan, kemudian bersenang-senang bersama gadis-gadis di bawah lampu remang-remang.
Ini di luar kendali. Lanjut dengan sentuhan-sentuhan intim dilakukan sepihak. Lana mengecup rahangnya, matanya melotot merasakan sengatan asing.
"Kenapa?" tanyanya. "Bukannya dulu malah lo yang lebih liar," lanjutnya heran.
"Ya–sorry udah lama enggak," katanya. Lalu lanjut menghisap rokok, mencoba mengalihkan pikiran pada ketenangan sambil menghadap langit-langit saat dua mata terpejam.
Belum lama teralihkan, cewek itu makin gencar melakukan hal mengejutkan lain. Seperti meletakkan jemarinya pada dadanya lalu mengunci pandangan. Terserah lah, asal jangan rebut ciuman pertamanya. "Dulu nggak segininya, balas dendam lo?" tegurnya.
"Hah. Kenapa mikirnya gitu? Emang lo ada buat salah sama gue selain mutusin tanpa sebab yang jelas?" Ia membuang muka ditanya begitu. Tak disengaja matanya menemukan sosok Nareina, tengah memainkan benda sama familar dengan miliknya dan segelas minuman. Mungkin dipikir dirinya tidak akan mengenali karena memakai riasan aneh. Tetapi siapa yang bisa melupakannya sementara terus terlintas di kepala?
Mengenai kejadian kemarin lalu, di mana foto mesra mereka terekspos ke media. "Sibuk ngapain? Kamu kenal?"
"Enggak," jawabnya cepat.
Bibir Lana mengerut mengerti terus diabaikan. Ya biarpun cowok itu membiarkan melakukan apapun, namun rasanya tetap berbeda tanpa balasan.
"Ck, nggak asik ah lu," decak Lana malas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Catching Feeling
Teen FictionSerangkaian kisah tentang Mahareza dan Megantara. Malapetaka berawal dari Naren, seorang mahasiswi sekaligus fotograper amatiran yang disewa oleh seorang wanita, mengambil foto dari selebriti yang namanya sedang hangat-hangatnya diperbincangkan kare...