21 | rahasia

64 8 32
                                    

Puas sepekan menghabiskan waktu libur semester

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Puas sepekan menghabiskan waktu libur semester. Saatnya mulai beraksi, melancarkan rancangan rencananya. Tungkai kakinya melipir setelah menuruni tumpangannya. Memang habis pulang berniat mengunjungi tujuan.

Sayang sekali. Sebelum benar-benar sampai melihat banyak wartawan mendatangi bengkel tempat di mana Nathala berkerja. Pantas saja pintunya tertutup, seperti pemiliknya telah mengantisipasi terjadinya kericuhan.

Tujuannya ke sini hanya menemui Jelita. Sepupunya yang bekerja sekaligus tinggal di rumah mewah di samping kanan. Nareina bersembunyi di balik tembok memerhatikan.

Kalau begini mau bertemu Jelita saja harus mengeluarkan usaha dan tenaga extra. Mendecak keras gadis itu menjaga tas kameranya lantas mengambil jalur lewat belakang. Artinya harus mutar sedikit lagi.

Ia menghembuskan napas kasar, artinya, dia harus bertemu dengan si wanita asing lagi yang suka berkunjung di sana. Lagipula, Nareina heran mengapa bisa sebucin itu sampai harus sering bertemu setiap hari.

Entahlah. Naren tidak pernah merasakan hal semacam itu dalam hidupnya. Apalagi yang namanya bucin, berpikir dirinya sudah gila jika melakukan kegiatan bermesraan.

Memang kemarin dia tidak sedang bermesraan dengan cowok mainannya? Jawabannya serasa masih semu karena dirinya sendiri tidak tau apa itu jatuh cinta, apalagi bucin.

Bruk! "Eh, goblok, kodok!" Nareina mengangkat kepalanya menemukan Jelita. Syukurlah si sepupu tidak tau malunya masih ada di sekitar halaman depan jadi rasanya tak perlu masuk.

"Kodok, kodok, elu kodoknya!" protes Naren kesal.

"Biasa aja dong," balasnya sewot.

"Gue mau bicara," kata Naren langsung ke inti. Ingat? Dia tidak suka bertele-tele apalagi jika berbicara pada orang yang tidak disukai.

Jelita suka mengikuti pembawaan angkuh Naren semenjak bisa tinggal di rumah ayahnya. Ia mendecih pasti gadis itu berpikir bisa menggantikan perannya. Enak aja. Saat baru membuka mulut bibirnya ditempel jari telunjuk.

"Gue udah duga lo bakal cinlok sama cowok itu. Udah cinlok sama tunangan gua, enak banget lo ya?" desis Jelita terlalu berani. Dipikirnya Naren masih selemah dulu?

Nareina agak sedikit terkejut menerima kalimat merendahkan tersenyum tipis. "Kasihan banget, tuangan lo aja masih bisa milih mana yang lebih cantik," decihnya balik merendahkan.

Jelita membelalak tak sampai menduga. Naren yang biasanya menurut bisa seenaknya begitu berbicara. "Terus? Lo mikir udah laku gitu? Yang ada lo murahan tau nggak!"

Kalimat akhir Jelita menghanguskan kepercayaan diri yang selama ini memang berperilaku kurang baik juga. "Dateng ke club, sering nyipok cowok, diajakin ngentot mau lagi, kalau ayah tau... lo bakal habis tau ngga, Ren?"

Naren menajamkan penglihatannya serius. Kendati punya hubungan yang tak mulus pada sang ayah ia sungguh tidak ingin mengecewakan pria itu. Jelita benar-benar menjadi rivalnya.

Catching FeelingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang