Bogor, 03-Januari-2023
Bunyi gelas kaca yang bersahutan di dekatnya. Membuatnya merasa sedikit dejavu, seperti dia pernah berada di situasi yang sama, meskipun lampunya tak seterang dan senyaman ini.
Diamnya memicu tatapan penasaran dari berbagai pasang mata, khususnya--seorang lelaki yang ada di depan persis. Menangkap cara aneh dirinya memandang, dan mengangkat sebelah alis.
Dengusannya mengudara, justru bocah itu yang menciptakan perasaan tidak nyaman berada di dekatnya sekarang. Ia beralih melirik adiknya, Sasha di mana gadis itu melakukan hal yang sama.
Semuanya aneh. Termasuk Roland yang mulai mabuk kebanyakan meneguk minuman beralkohol, menjadi pusat perhatian mahasiswa yang sedang menikmati hari liburan setelah berhasil manggung dan membawakan nama band mereka hidup.
Tante Anna pun membawa beliau ke kamarnya. Setelah meminta izin pada anak-anak. Yang paling kencang ketawanya adalah Kenan. Diikuti oleh Marcell dan Devano sesekali menegur agar tidak berlebihan. Mau bagaimanapun juga Roland telah menjadi peran bapak bagi mereka di luar lingkungan rumah.
"Mau mandi di kolam gue sekalian latihan berenang lagi," kata Kenan meletakkan minumannya ingin segera membasuh muka menarik Sendana ke belakang. Lalu tersenyum penuh arti ke arah Nathala.
"Ikutt!" Devano berlari kecil ke arah dua sahabatnya. Sedangkan anak tertua Marcell yang tadinya mau tetap tinggal mau tak mau harus mengikuti temannya agar terkesan kompak saja gitu.
Saking tak maunya menemani Nathala yang tengah menata bahasa dalam pikiran untuk menyapa. Nareina justru membisu cukup lama sambil meguyah keripik singkong lalu berdiri meregangkan otot tangan dan kaki. Giliran dia yang menatap Nata dengan ekspresi tak jauh berbeda.
"Ngapain lo?" kekehnya geli diikuti begitu. Cewek itu meletakkan toples makanannya alih-alih menjawab malah bangkit dari tempat duduk empuknya. Beralih memandang keluar jendela yang berada di belakang Nata. Lelaki itu harus memutar kepala untuk bisa melihat Naren lebih jelas.
Saat kakinya melangkah lebih jauh Nata kesulitan menemukan sosoknya. Ia agak heran sebenarnya juga ingin bertanya bagaimana Naren dan Sasha bisa berada di sini ikut mobil manajer kami.
Lama termenung Kenan dan teman-teman yang tadinya berdalih katanya mau berenang tiba-tiba muncul di kedua sisinya, ah ralat ada juga yang muncul dari atas yaitu, Marcell. Nyengir. "Apa sihh anjir," gerutu Nathala membenarkan duduknya dengan menegakkan badan. Tawaan Kenan kembali terdengar namun secara mendadak semuanya merubah ekspresi.
"Udah buka handphone belum?" Sendana bertanya serius, ada apa lagi? Nathala menggeleng pelan sejujurnya memang belum sempat memegang ponsel sejak hari terakhir manggung.
"Coba lihat dulu," balas Sendana memberikan ponselnya ke pada Nathala.
"Jangan," cegat Kenan meminjamkan ponselnya. Apa bedanya? Jelas berbeda karena Sendana menyuruhnya membuka aplikasi burung biru yang tentu pastinya akan memperlihatkan jelas komentar warganet dan Kenan, ada langsung pada intinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Catching Feeling
Teen FictionSerangkaian kisah tentang Mahareza dan Megantara. Malapetaka berawal dari Naren, seorang mahasiswi sekaligus fotograper amatiran yang disewa oleh seorang wanita, mengambil foto dari selebriti yang namanya sedang hangat-hangatnya diperbincangkan kare...