37 | tak selalu sejalan

63 3 0
                                    

Sebulan berlalu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sebulan berlalu. Kalau orang-orang bilang akhir tahun tidak terasa maka berbeda halnya dengan Nareina, sebab sekedar bertahan hidup sembari mengikhlaskan keadaan itu, sudah sulit.

Kabar baiknya. Kakaknya telah menikahi Naareta karena adanya dukungan penuh dari pihak keluarga masing-masing. Khususnya, Roland beserta keluarga besar.

Begitu pun Kirana meskipun awal menolak si gadis bahkan melemparkan caci-makian tetapi syukurnya, beliau akhirnya merestui hubungan mereka dengan satu syarat. Jangan lupa ada adik, dan ibumu menanti kepulangan.

Yang berarti, jangan sampai Erik melupakan adik-adik dan ibunya masih mengharapkan kehadirannya di rumah, sebagai kakak tertua. Pihak keluarga mempelai perempuan juga syukurnya, telah sama-sama merestui.

Selepas akad nikah dan dimulainya resepsi di kediaman pihak keluarga laki-laki. Alias, rumah ayahnya, dekorasi pesta menyentuh sempurna nuansa serba ceria.

Sebenarnya acara sudah dimulai sejak dini hari. Hanya saja Naren sedikit tidak bersemangat biarpun kabar-kabarnya lelaki yang dirindukannya, pasti hadir mendampingi kakak perempuannya, pengganti ayah.

Justru membuat Nareina makin frustrasi. Ia mengacak rambutnya yang telah ditata sedemikian rupa mendapat tatapan sinis perias di samping. Bodoamat. Sekarang dress hitam panjang melekat di tubuh idealnya.

Dipilihkan oleh ayahnya dua hari sebelum H1. Ia usap pelan perutnya, serasa kembung merasakan koneksi makhluk hidup lain di sana. Selama pesta berlangsung ia ingin tetap terlihat menarik di depan kaum adam. Tungkai kakinya berayun anggun menuruni anak tangga.

Melambungkan kepercayaan diri terlalu tinggi, dan terhempas tepat saat menyentuh lantai. "Anakmu... Kok gemukan ya, Land?"

Ah, sialan. Bisa-bisanya Tante Anna sempat memerhatikan betuk tubuhnya. Ia melirik ayahnya di sebelah kanan, hanya menatap sekilas. "Wajar lahh, Nareina kan makannya banyak sejak tinggal sama kita. Ya kan sayang? Ahahaha!" Tawaan khas bapak-bapak meledak di sebelahnya persis. Menyakitkan telinga.

Anna tersenyum geli. "Iya, ya, mungkin...."

Mungkin... ?

Secara perlahan-lahan matanya melebar, sedikit shock mendengar penuturan Tante Anna. Ia pindahkan kakinya sedikit demi sedikit, menjauh dari mereka. Belum siap menggunakan skill mengupingnya. Dulu Nareina pernah berkata Nathala itu beruntung--bisa menjadikannya kekasih walau sekedar melancarkan permainan, berujung menyusahkan masing-masing hati, hingga kini.

Karena pada kenyataannya, Nareina mengaku bucin pada Nata, biar pilihan ayah berlabuh pada Arkan dan mempercayainya sepenuh hati. Terbukti, saat hamil muda saja masih banyak yang memuji kecantikannya, oleh tamu-tamu undangan tak dikenal."Nar...." Seseorang mendampingi jalannya diikuti panggilan lembut. Saat berada di dekatnya, lucunya Arkan selalu kelihatan gugup dan kaku.

Catching FeelingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang