36 | boomerang

39 1 0
                                    

"Siapa?" Jemarinya berhenti bergulir pada layar ponsel milik Sendana

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Siapa?" Jemarinya berhenti bergulir pada layar ponsel milik Sendana.

"H-ha?"

"Yang suka gua?" tanyanya sekali lagi.

Keraguan masih tersisa, antara jujur atau tutup mulut rapat-rapat, di sisi lain semuanya sudah harus terang. "Lana. Tapi itu udah lama banget, Nat." Sendana menelan ludah.

"Jadi... kalian semua kerjasama?" Tuh kan? Semuanya ada di sana. Mau bagaimana juga Sendana sudah pasti ikut terseret.

Mengingat kenekatan Fauna yang lain. "I-iya. Soalnya, ya lo tau alasannya lah."

Nata mengangguk walaupun bingunganya justru bertambah. "Terus, kalau ini lu yang foto... yang ini dari siapa?" Menunjukkan layar ponselnya, di sana ada satu buah foto-tidak dikenali sama sekali dari mana sumbernya.

Sendana mendekatkan kepala lantas menggeleng pelan. "Hah?! Ada lagi, Nat? Kalau ini nggak tau gue," akunya jujur. Entah mengapa feeling-nya kuat mengatakan, tidak ada sangkut-pautnya foto tersebut dengan Sendana.

Dapat memastikan hanya dari gelagat polosnya. "Itu foto... sehabis lo sama Naren balapan kan?"

Sendana ikut meneliti, dari berbagai sisi di dalam foto tersebut. "Ini kan foto lo ciuman sama Naren di danau, terus yang satu ini...foto kalian berdua ciuman lagi habis balapan? Kira-kira siapa yang ngambil? Lama hanya mematung Nathala justru berjalan berlawanan arah. Entah ke mana dia pergi Sendana hanya bisa sekedar menebak-nebak anak itu, tengah mencari Naren.

Terakhir dilihat Naren terjatuh karena pukulan Lana, dua gadis yang sama gilanya jika tersulut emosi. Terbayang bagaimana disatukan sebagai lawan dalam pertarungan.

Sekilas tampak seperti melakukan seni gerak parkour

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sekilas tampak seperti melakukan seni gerak parkour. Dua perempuan saling kejar tangkap, dan pukul-memukul guna kepalan tangan serta tendangan kaki. Rumitnya, Nareina harus melindungi perutnya dari segala marabahaya.

Jangankan mendengar sorakan panik orang lain meminta keduanya berhenti. Sekedar meluangkan waktu bicara dari hati ke hati lebih dulu saja sulit. Lana terperosok pada sebuah bidang miring hingga memudahkan Nareina melayangkan pukulan beberapa kali.

Catching FeelingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang