09 | pedekate

75 12 16
                                    

"Keluar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Keluar." Iris matanya menggelap begitu memojokkan. Seakan-akan tau mau tamat riwayatnya, Naren mengangkat tubuhnya yang semula berjongkok.

Sudah pasti cowok itu sangat marah. Tetapi mau bagaimanapun juga penyebab terbesarnya konflik di antara mereka karena dirinya sendiri.

Pandangan dingin tak bersahabat disertai desiran angin malam pun membuatnya menggigil di tempat. Ia memeluk badan baru perlahan-lahan mengikis jarak ke arahnya."Sumpah, gue nggak ada tenaga buat marah-marah. Apalagi ngejar lo sampe kaki gua mau patah kaya kemarin."

Biarpun santai dia berbicara namun terdengar lantang seketika menciutkan keberanian perempuan ini.

"Apaansi, orang bukan gue-"

"Mau alasan apa lagi? Gue cuman nemuin lo kok di sini," omel Nata, saking lelahnya kesulitan berkata-kata. "Lo emang musti dikasi pelajaran ya?"

"HAAAAA!" Nareina melindungi wajahnya ketika Nathala tiba-tiba mendekat. Nampak lelah menebak-nebak mau apa dia sebenarnya. Ini seperti keluar dari kadang buaya masuk kadang singa.

Tak sengaja ia berpapasan wajah lelah Nathala dan manik gelapnya. Ada rasa bersalah di hatinya walaupun besarnya hanya seperti segelintir debu.

Mereka menjalin kontak mata cukup lama. Nata menarik senyum miring sempat berpikir Nareina anak yang tidak mempan jika sekedar diomeli, digertak sedikit saja dia takutnya bukan main.

"Heh, Nata. Gue bukannya takut sama lo ya. Cuma karena kita berdua doang di sini dan lo tuh muka-muka cowok buaya!" Kali ini Nareina mengaku melebih-lebihkan. Karena pada dasarnya ia cuma takut pada laki-laki.

Ekspresi Nathala kembali datar masih kesulitan mencerna maksudnya.

"Oke kalau gitu lihat aja. Apa lo beneran takut apa enggak," balas Nata meremehkan setelah berhasil mencerna.

"H-ha?" Seharusnya bukan begini, mengapa Nareina jadi sungguhan takut pada cowok itu? Sebab dia tidak tampak sebodoh dan selugu biasanya.

Nathala semakin menunjukkan keberanian ketika jalanan mulai sepi. Ia menunduk pandangannya sama sekali tak ingin lepas dari seorang gadis bernama Nareina. Jadi penasaran seberapa keras kepalanya bisa bertahan dalam kondisi ini.

Dengan gerakan santai menyingkirkan helaian rambut tipis si gadis, bermaksud agar bisa melihat wajahnya lebih jelas, hal tersebut membuat Nareina––yang tidak pernah melakukan skinship dengan gender lain merinding. "Lo mau apain gue sih?!" jeritnya di dekat telinga, Nata sampai memejamkan mata.

"Ya emang lo pikir gue mau apain lo?!" bentak Nathala lagi tak kalah sewot.

Naren menatap sengit masih kerasa janggal. Sebab jarak wajah mereka sangat dekat sehingga bisa merasakan terpaan napas masing-masing. Bukannya menjauh dia justru makin tersenyum jahil. "Ih, makanya minggir! Iya-iya udah ngalah gue! Yang suruh orang buat lepas ban lo!"

Catching FeelingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang