39 | opsi bukan pilihan

57 5 0
                                    

"NATAA! BANGUN DULU AH NGGAK MAUU! POKOKNYA BUKA MATA DULU, AKU MAU LIHATT!" pekik Nareina gelagapan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"NATAA! BANGUN DULU AH NGGAK MAUU! POKOKNYA BUKA MATA DULU, AKU MAU LIHATT!" pekik Nareina gelagapan. Jemari kecilnya mengacak-acak wajah, beralih ke bagian matanya yang tertutup rapat.

Di bawah rintikan gerimis serta angin membawa kembali kering dahaga. Sementara raut wajah para manusia di hadapan seolah-olah menjelaskan dirinya tak punya banyak waktu untuk mendalami kesedihan lebih lama lagi.

Sekelebat kilat menyadarkan Nareina menyerah pada saat itu juga. Ia meraup oksigen lebih banyak demi mempersiapkan diri, andai jika benar fakta terlalu pahit ditelan.

"Na-ta." Naren memandang satu-persatu teman-teman Nathala. "Nggak mungkin kan, masa bener dia udah mati sih," rengeknya memasang ekspresi menuntut jawaban.

"Ya makanya minggiran dulu," geram Lana.

"Nggak mau! Gue harus mastiin sendiri." Lihat seberapa bucinnya gadis itu kepada anak bernama Nathala Mahareza. Semuanya dilanda kebingungan namun juga iba.

Naren merebahkan kepala pada wajah tenangnya sembari merengek lirih. Ia mulai berpikir jauh. Andai jika, benar lelaki itu telah menemui ajalnya, itu artinya Nareina tidak akan bisa menyentuh tubuhnya secara utuh lagi.

Di belakang Kenan dan Marcell makin ketar-ketir takut lelaki itu justru mati karena kelamaan dibiarkan.

Sedangkan Rendra membujuk Lana dan Fauna untuk berbicara dengan Naren agak gadis itu bisa tenang sedikit, agar mereka bisa segera membawa Nata ke rumah sakit.

Persekian detiknya, sepasang kelopak mata yang awal tertutup rapat justru melebar. Alih-alih langsung mengumpati Nareina mengira semuanya bisa jadi mimpi. Saat senyuman miringnya tercetak tanpa ragu semuanya sirna.

Atau, dia telah menjadi mayat hidup?! Pikiran Naren merajalela terlalu liar hingga tak sadar tengah dibodohin. "Brengsek ni cowok!"

Terdengar kikikan geli dari para manusia ikut menertawakan seberapa bodohnya Naren dibuatnya. Bisa-bisanya ia tidak kepikiran Nata akan membodohinya? Persetan raganya.

Menarik paha cepat sudah tak peduli jika yang di bawah geger otak sehabis terbentur aspal sekalipun. "Nar!" panggilnya lemah. Nathala merotasikan bola matanya namun saat ingin mengejar, Lana sigap menghentikan.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Catching FeelingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang