20 | cinta di kota kembang

74 9 42
                                    

"Awalnya sih coba-coba. Eh kok...." ~ Nata

****

Pesona kota sehabis diguyur gerimis, memberikan kesan berbeda meskipun dia masih mendekam di dalam kediaman orang asing

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pesona kota sehabis diguyur gerimis, memberikan kesan berbeda meskipun dia masih mendekam di dalam kediaman orang asing. Netranya melirik ke luar jendela yang ditutupi oleh vitrase.

Tangannya bergerak menyingkap pelan tepat setelah semilir angin berhembus menyapu wajah yang disertai oleh binar bahagia walau sesaat.

Biasanya anak laki-laki keluar kamar lebih lama. Menambah kebosanan karena Naren tidak bisa melihat kegabutan mereka terkhususnya Nata. Kepala bersender sampai merasakan pergerakan lain di sisi sofa ia dudukinya. Itu adalah Nathala yang tidak diduga keberadaannya lantas menjadikan pahanya sebagai bantal dadakan.

Astaga, anak gila. Seandainya ini bukan rumah peninggalan kakek neneknya. Mungkin Nareina akan memukul kepalanya pakai tas kamera.

"Gue pukul lo!" ancamnya mendorong tubuh Nata, bak menempel. "Minggir nggak geminiii!"

"Ntar dulu ah masi ngantuk...," rengeknya. Memang terdengar seperti anak baru bangun tidur sih benar.

"Ya-tapi ya nggak di PAHA GUA JUGA!" bentaknya mendorong Nata sekuat tenaga. "Pergi nggak lo apa gue cubit sekarang?" ancamnya gerah. "Mana gede banget lagi, berattt tau!"

Dia malah terkekeh menyentuh perutnya bangga, tiba-tiba jari telunjuknya melekat di bibir merah Naren. Makin-makin menaikkan gairah untuk memukul hingga tumbang.

"Awas nggak, kesusahan tau gua main handphonenya kalau lo di sini!" Dahinya mengernyit melirik ponsel brand terkenalnya lamat-lamat lalu beralih melihat ke muka kusutnya.

"Emangnya lo mau ke mana pagi-pagi?" Raut wajah penuh selidik menjengkelkan di matanya. Ia mengalihkan pandangan melihat tanah basah.

Menghela napas ketika Nata bagai menuntut jawaban melalui kontak mata. "AKH! NAR! SUKA BANGET SIH NYUBIT ORANG," heran Nathala.

Nareina baru menyubit pinggangnya, memajukan mulutnya dengan pembawaan biasa. "YA HABISNYA NGESELIN!" Ia mengerucutkan bibirnya seperti bayi, siap merengek.

"YA-mau ke mana?"

"Jalan--ke Braga. Gue mau pesen ojol," gumamnya tampak malu-malu. Padahal tak ada yang salah dengan itu apalagi mengingat dia suka membawa kamera ke manapun dia berpergian.

Benda yang nyaris dipakai sebagai--perantara memukul--untungnya Naren masih waras. Terbit lah senyuman tulus lebarnya dari cowok gemini itu. Yang katanya sih, asli orang sini.

"Ya udah si, sama gue aja lagi. Ngapain pesen ojol, pacaran sama ojol lo?" Seperti biasa. Bukan Nata namanya jika tidak usil memancing emosi.

"Ya cepetan ganti baju lo agak bagusan," katanya mengomentari kaos polos Nata, padahal mau pakai apapun tak mengurangi kadar ketampanan.

Catching FeelingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang