05 | tukang cosplay

88 14 24
                                    

"Lo lagi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Lo lagi...." Dengusan tipisnya seseorang mengudara. "Ngomong apa sama dia barusan?" Nareina berbicara dengan mulut terbuka. Ia penasaran, karena sebelumnya dua anak laki-laki itu sempat berbincang empat mata.

Pemilik sepasang netra yang bersinar lebih terang dibandingkan segala jenis benda langit merekatkan jari di sela-sela jemari kecilnya secara teratur. Menyadari ada siasat memalingkan dari atensi penuh insan. Tanpa sadar tangannya digenggam cukup lama. Tetapi rasanya justru aman sebelum adanya sedikit pergerakan, mengeratkan tautan.

"Harusnya gue yang nanya duluan, ngapain lo bisa ada di sini."

Oke? Dia agak menakutkan kalau lagi serius.

Si gadis menghentakkan yang berusaha melakukan sedikit pergerakan, karena sudah terlalu lama berdiam. Matanya bertemu manik gelap lain ternyata belum juga berpaling. "Nggak usah modus deh." katanya mencoba melepaskan tangannya dari genggaman Nata. Ekspresi cowok itu melemah.

"Jangan ngalihin pembicaraan anjir," dengus Nata.

"Pertama, jauh-jauh dulu dari gue." Nareina melempar jarak sementer.

"Takut?" Mendadak tatapan polosnya berubah seakan mengerti segala hal. Awas aja dia macam-macam.

"Muka bayi lo nggak nakutin, sama sekali," sungutnya berpaling. "Gue-cuma, malu aja." Eh? Ia menepuk jidat salah berucap.

"Ngapain malu?" tanya Nata tak percaya. "Iya sih lo suka malu-maluin, tapi buat sekarang...."

"Et! Sstttt! Nggak usah ngomong lagi. Barusan lo ngelihat daleman gue kan? Ngaku anjing!" tanya Nareina mulai bereaksi berlebihan. Pasalnya tadi,
rok mini cewek itu tersingkap membuat dalamannya transparan di hadapan satu orang lelaki.

"Ya--" Nata membeku seorang diri. "Gue cuma berusaha nolong lo doang sih. Kalau masalah itu, ya mungkin emang rejekinya gue," ucapnya santai dan tenang.

"Gue timpuk lu!"

Jadi tadi cowok itu memang berlari kencang setelah melihat adanya keributan di area jalanan sepi. Di luar prediksi, karena tiba-tiba Nareina merasakan badannya diangkut bagaikan karung beras. Alasannya sih takut dirinya dalam keadaan berbahaya.

Naren terpaku memerhatikan luka di wajah laki-laki di depannya secara seksama, lupa ada yang telah berkorban untuk menyelamatkan. Padahal bisa saja Naren meminta bantuan Arkan menghadapi teman-teman gilanya tadi. Salahkah, ia ingin melihat sampai di mana ketangguhannya sebagai pria? Menurutnya dia tidak terlalu jago, tapi tidak bisa dibilang cupu juga.

Terlebih niatnya baik.

Tanpa disadari mata Naren kelamaan fokus pada satu objek. "So-rry, mau gue obatin nggak?" Tumben sekali rasanya ia gugup di dekat orang.

"Make ... ?" tanyanya seolah-olah menantang.

"Pake bibir," ucap Naren memang sengaja membuatnya panik. Dan benar saja ekspresi wajah tengilnya hilang. "Mauan kan lo? Ngarep banget ya?" godanya mengedipkan mata.

Catching FeelingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang