Wesss, udah triple aja nih, ntar kalau penuh lagi, bisa sampai 4 kali dong yeaaaaayyyyy.
Ayooo jadi anak baik dulu yaa, bantu vote biar aku up terus, vote kan cuma sebentar, pasti kalian bisa!
Vote diawal atau diakhir chapter, okey?
200 vote dan 55 komen, ayo penuhin🏃
Juya belong to Ramel
Juya heran, saat dia datang ke rumah Ramel, dia melihat Ramel murung, bibirnya melengkung sedih ditambah ada sayatan baru dipergelangan tangannya.
Hela napas pelan Juya berikan, dia meletakan barang bawaannya lalu duduk didepan Ramel, mengelus rambutnya pelan lalu menangkup wajah manis Ramel.
"Ramel kenapa? Cerita sini yuk sama aku." tutur Juya lembut.
Ramel menatap Juya dengan alis yang luyu, sudut bibirnya turun, hidungnya memerah, tak lama air matanya jatuh dikedua pipi Ramel.
"Hiks..Ramel mau sembuh..Ramel mau sama Juya terus..hiks..Ramel mau jadi orang sukses..biar Juya gak malu temenan sama Ramel.."
Isakan Ramel terdengar sedih, ditambah dia menyeka air matanya dengan punggung tangan bak anak kecil.
Juya tersenyum gemas, dia masih menatap Ramel dengan tatapan lembut dan hangat, tatapan yang bisa membuat Ramel tenang.
"Ramel mau sembuh?"
"Hiks..iya..mau sembuh.."
"Kalau mau sembuh, Ramel jangan gambar di tangan Ramel lagi, aku kan udah beliin buku gambar. Ayo kita gambar di buku aja. Tangannya aku obati dulu ya."
Ramel menunduk, dia menahan tangan Juya lalu menatapnya penuh permohonan.
"Jangan tinggalin Ramel..jangan sama Leoz..Juya..temen Ramel kan? Jadi..jangan temenan sama Leoz.." pintanya lirih.
Juya mengangguk "Leoz jelek, jahat, aku mana mau temenan sama dia, aku kan maunya temenan sama Ramel, karena Ramel baik, lembut, imut, gemoy, lucu, manis, agak cantik juga~"
Ramel merona malu, dia menunduk dan memeluk Juya pelan "Iya, Leoz jahat..dia hasut orang supaya jahatin Ramel.." lirihnya sampai Juya tak bisa mendengar.
Ramel takut Leoz mencuri Juya darinya, hanya Juya saja teman Ramel.
"Udahan sedihnya, sekarang kita lihat es krim yang kemarin dibuat yuk."
Ramel menunduk lagi, tangannya bertautan menandakan dia sedang merasa bersalah.
"Ada apa? Bilang aja Ramel." bujuk Juya lembut.
"Eum..Es krimnya udah Ramel habisin..maaf.." cicitnya.
Juya tertawa pelan, lucu banget sih.
"Enggak papa, kita bisa buat lagi nanti siang, gimana?"
"Hehe, okey, sama Juya kan?"
"Iya dong sama Juya."
Keduanya asik dengan dunia mereka, tanpa menyadari tatapan tak suka Leoz yang sedari tadi mendengarkan perbincangan mereka dari luar kamar.
Gertakan gigi Leoz berikan, kepalan tangannya menguat.
"Juya itu punya aku, cuma milik aku, siapapun gak boleh ambil dia dari aku."
Leoz harus mengambil langkah selanjutnya, langkah untuk menyingkirkan Ramel.
....
Pemandangan yang membuat Juya sakit hati, saat dimana papi nya tidak mendapatkan sesuatu yang papi nya mau.
"Selamat ulang tahun Medelin, aku beliin kamu jam tangan, bagus kan? Juya yang bantu aku milihin."
"Apaan sih, jelek, murahan, gak mau aku!"
Medelin melempar jam itu ke lantai lalu mendorong tubuh Robert, Juya segera menahan tubuh Robert yang hampir jatuh.
Tatapan marah Juya berikan.
"Heh wanita haram jaddah! Minimal sadar diri dong, kau kira itu harganya murah!? Dasar gak tau diri!" maki Juya emosi.
Jiya yang tak terima mami nya dimarahin, sontak menjambak rambut Juya.
"LO JANGAN MARAHIN MAMI GUE! MEMANG PAPI LO YANG NYUSAHIN!"
"HEH BABI NGEPET, DIAM KAU! AKU GAK ADA URUSAN SAMA KAU YA!"
Juya melepaskan jambakan Jiya lalu menendang perut Jiya.
Padahal seharian ini Juya senang dengan Ramel, tapi tiba di rumah malah emosi jiwa.
"Juya! Jangan kasar sama adik kamu!" bentak Medelin.
Juya tak perduli, dia membawa sang papi untuk kembali ke kamar, walau Papi nya diam, Juya tau sang Papi berusaha menahan air matanya.
Robert memiliki hati yang terlalu lembut, dia mudah sedih dan menangis, tapi Medelin pernah berkata dia tak suka pria cengeng, jadi Robert berusaha untuk menahan air matanya.
"Nangis aja Pi, gak papa."
Tangis Robert pecah, kenapa Medelin berubah, padahal dulu Medelin tidak seperti ini.
Juya tau kenapa Medelin berubah, tapi nanti akan dia ungkap, karena yang satu ini agak sulit ditangani.
"Papi, masih ada Juya, Papi jangan sedih."
Robert mengangguk, memang hanya Juya saja yang menyayanginya, Robert harus berhasil mendapatkan donor mata agar dia bisa melihat lagi.
Robert harus bisa melindungi Juya dari Medelin dan Jiya.
Robert tak bisa terus menerus terpuruk, ada anak yang harus Robert lindungi, melindungi Juya sampai nanti Juya bisa mendapatkan kebahagiaannya sendiri.
Barulah, Robert bisa tenang.
⏳Bersambung⏳
KAMU SEDANG MEMBACA
Punish Crazy Ex Boyfriend [End]
RomanceIlauna Juya Denbora, adalah gadis yang berprofesi sebagai seorang Psikolog, gadis cantik yang mati karena pengkhianatan kekasihnya sendiri. Juya rela membunuh Ramel, seorang pria manis yang lemah lembut atas suruhan Leoz, padahal Ramel adalah saudar...