⏳JuRa-07⏳

30.7K 4.2K 91
                                    

Kayanya kalau hari ini bisa cepat penuh, bisa triple up lagi, tapiiiii kalau votenya cepat penuh yaaaa.

Caranya agar vote cepat ya, ya kalian jadi anak baik dulu, jangan sider oke, bantu vote aja kalau gak bisa bantu komen.

Kalau belum mau baca, minimal divote dulu yaaa.

Vote diawal atau diakhir chapter, makasihhh💕

200 vote dan 55 komen, ntar kalau penuh, aku up lagiii.

Juya belong to Ramel

Leoz baru tau kalau punya banyak selingkuhan itu agak ribet, pasalnya banyak dari mereka yang gak mau Leoz diputusin sama Leoz.

Dari 10 selingkuhan, ada 3 yang nolak mentah-mentah.

Jadi Leoz gak punya cara lain, selain ngehabisin mereka, kecuali Jiya.

Leoz masih belum memberikan pelajaran untuk Jiya, nanti akan dia berikan.

Jam 11 malam Leoz pulang, keadaan rumah sepi karena sepertinya sang Mama sudah tidur, sementara sang Papa sibuk di Luar Negeri.

Langkah kaki Leoz terhenti saat melihat sang kembaran ada di dapur, tengah membuka freezer dan berdiri disana.

"Ramel, ngapain?" Leoz berjalan mendekati Ramel dan bertanya.

Ramel terkejut mendengar suara Leoz, dia menutup freezer lalu menoleh kearah Leoz, tatapannya datar.

"Enggak ngapa-ngapain." ketus Ramel kemudian berjalan cepat menuju kamarnya, dia tadi mau ngeliat es krim buatan dia dan Juya, karena kebetulan rumah sepi jadi Ramel berani.

Setelah melihat Ramel pergi, Leoz berjalan menuju meja bar lalu mengambil cangkir kosong dan menuangkan air putih dari dispenser.

Meminumnya perlahan dan tenang.

"Kira-kira, Juya bakal seneng gak ya, kalau dia tau aku berhasil mutusin semua selingkuhan aku." Leoz bergumam, berandai.

Berandai dia dan Juya menikah, pasti Leoz akan sangat bahagia bisa menikahi Juya.

Kekehan ringan Leoz berikan.

"Gila, rasanya kaya jatuh cinta lagi ke orang yang sama."

Leoz menikmati perasaan ini, dia menyukainya dan tampaknya akan terus tumbuh dengan subur.

Selesai dengan minum, Leoz berjalan menuju lantai 2, dia mau istirahat karena besok harus kembali bekerja.

Lelah sih, tapi demi Juya senang padanya, apapun akan Leoz lakukan.

Disisi lain, Juya mengulas senyum puas saat berhasil membobol mobile banking milik sang mami.

Dia kemudian mentranfer semua uang di dalam atm Medelin ke  rekening milik Jiya, agar terjadi konflik diantara dua anak beranak itu.

Karena Medelin sangat menyayangi Jiya dan uang, pastinya dia akan mengamuk saat tau semua uangnya masuk ke rekening Jiya.

"Mampus, siapa suruh jahat."

Setelah puas, Juya memilih untuk segera tidur, tak sabar menanti keributan besok.

.....

Ramel mengintip dari pintu kaca balkon di kamarnya, menunggu Juya yang belum kunjung datang.

"Juya lama.." gumamnya sedih.

Tapi Ramel tetap setia menunggu, dia berjongkok dan terus mengintip, Ramel sudah mandi, sudah sarapan juga.

Ramel juga sudah jarang corat-coret pergelangan tangannya, sekarang Ramel lebih suka gambar di buku gambar aja.

Tak lama, sebuah mobil grab berwarna abu-abu muncul dan menurunkan seseorang yang Ramel tunggu.

Senyum cerah Ramel berikan, dia segera membuka pintu kaca balkon lalu berdiri dan berjalan keluar.

"Juyaaaaaaa, selamat pagiiii." sapa Ramel kuat dari lantai 2.

Juya mendongak, tersenyum cerah kemudian melambai riang "Selamat pagi juga Rameeeeeel." sapanya.

Pak Lek, Tukang kebun disana hanya bisa tersenyum saja, lucu melihat tingkah Tuan Muda keduanya yang saat ini sudah mulai berubah.

Setelah membayar grab, Juya menyapa Pak Lek lalu masuk ke rumah, ini baru jam 10 pagi.

Mood Juya sangat bagus, pasalnya tadi dia melihat Medelin dan Jiya bertengkar karena uang, baguslah, itu yang Juya nantikan.

"Pagi Bik Imah." sapa Juya saat melihat Bik Imah di dapur.

"Ehhh pagi atuh Neng Juyaa, akhirnya dateng, Den Ramel udah nungguin neng."

"Hahaha iya Bik, ini mau ke kamar Ramel."

Juya berjalan agak cepat, dia hari ini membawa mainan lagi, dan stock untuk buku gambar serta pensil warna untuk Ramel.

Sesampainya di lantai 2, Juya membuka pintu kamar Ramel lalu masuk.

"Ramel, lihat apa yang aku bawaaaa."

"Juyaaaaaaa." Ramel menerjang Juya dan memeluknya manja, dia merindukan gadis cantik ini.

Juya terkekeh pelan, membalas pelukan Ramel setelah meletakan barang bawaannya.

Keduanya berpelukan dengan sangat intim, sampai tak menyadari tatapan tak suka dari Leoz yang memang belum berangkat kerja.

Dia iri, cemburu, benci pada Ramel yang lancang memeluk kekasih Leoz, sialan, apa Leoz perlu mencari psikolog lain?

"Ck, Juya itu pacar aku, kenapa sih Ramel lancang banget main peluk aja, gak suka aku." gerutu Leoz kesal.

Leoz rasanya menyesal meminta Juya untuk jadi psikolog sekaligus teman Ramel, jadinya Ramel nempel terus ke Juya.

Leoz beneran kesal, rasanya dia ingin menjauhkan Juya dari Ramel, jauh sejauh-jauhnya agar Ramel tak bisa melihat Juya.

Sekelibat ide terlintas dikepala Leoz.

"Ah, gimana kalau bujuk mamah supaya ngirim Ramel ke rumah kakek sama nenek di Belanda? Kayanya bagus, supaya Ramel jauh-jauh dari Juya."

Bukan ide buruk, Leoz akan meminta sang Mamah untuk mengirim Ramel kesana, biar Ramel gak bisa ngeliat Juya lagi.

Leoz gak suka, benci dia tuh.

⏳Bersambung⏳

Punish Crazy Ex Boyfriend [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang