⏳JuRa-27⏳

16.5K 2.5K 72
                                    

Jangan pernah tidur menjelang ashar, sial, mimpi buruk aku tadi.

Okelah, target penuh, saatnya update lagiii.

JANGAN SIDER SAYANGKUUU, udah mulai nakal nih, udah mulai sider lagi. Jadi anak baik yuk, vote diawal atau diakhir chapter.

200 vote dan 55 komen ayooo.

Juya belong to Ramel

Juya benar-benar mengubah rencana nya, dia berhasil membeli Rakel namun Rakel tetap dia biarkan di rumah bordil.

Juya memberi pesan pada si mucikari agar menjaga Rakel, Rakel tak akan menerima pelanggan lagi, Rakel hanya akan menerima Virana di hari minggu.

Itu pun hanya untuk mengorek informasi sebanyak mungkin.

Rencana Juya untuk memberikan Rakel donor mata harus ditunda, tunggu sampai Virana didepak dari rumah, barulah Rakel akan dioperasi dan dibawa keluar dari rumah bordil.

Lalu semua nya tak diketahui siapapun, Ramel tak tau, Ramel juga tak mengamuk karena Juya tak melupakan dirinya.

Juya tetap menemani Ramel, jadi Ramel gak ngamuk kaya yang pernah terjadi.

Untuk donor mata Robert, itu sudah dilakukan, karena Juya tetap menghukum para pembully Ramel dan memotong burung mereka.

Satu tetap mati, dan matanya sudah didonorkan untuk Robert.

Sekarang Robert sudah bisa melihat lagi, dan Juya sadar setelah Robert bisa melihat lagi, dia menjadi lebih tegas jika berhadapan dengan Medelin.

Baguslah, Juya senang.

Untuk rencana menikahkan Leoz dengan Jiya, itu akan segera dia lakukan setelah Virana keluar dari rumah.

Yang benar-benar Juya jaga adalah, hubungan antara dia dan Ramel, Juya gak bisa melupakan waktu untuk bermain dengan Ramel.

Juya takut, Ramel yang ada di masa depan bisa muncul lagi.

Juya juga sudah memastikan kalau ingatan Leoz tentang tragedi di masa depan, tak akan diingat pria itu lagi.

"Juyaaaa, ihh, melamun terus."

Juya mengerjab pelan, dia menatap kearah Ramel yang ada di depannya, mereka tadi lagi main masker-maskeran wajah.

Ramel dipakaikan masker hitam yang lengket sementara Juya masker hijau.

Masker Ramel sudah dibersihkan, makanya Ramel bisa merengek-rengek begitu.

"Um? Ada apa?" tanya Juya agak susah, karena maskernya sudah kering.

Ramel berdecak lirih, dia memilih tiduran dipaha Juya dan memainkan jam pasirnya.

"Juyaaa, kita kapan main keluar lagi? Ramel pengen main diluar lagi."

Juya mengelus rambut Ramel pelan, halus dan perlahan "Besok yah."

"Beneran?"

"Iya bener."

"Hihi, yeaaaay~"

Juya menatap Ramel lembut, dia benar-benar senang jika Ramel senang, sebagai penebusan rasa bersalah dalam diri Juya.

Karena Juya tega membunuh pria semanis ini.

"Juya, Leoz gak waras itu tadi marah sama Ramel." adu Ramel pelan.

"Marah kenapa?"

Bibir Ramel mengerucut pelan, dia memeluk perut Juya "Leoz gak waras memang gitu, marah gak jelas, mukanya jadi keliatan tua karena maraaaaah terus, Ramel dimarahiiin terus." lucu, aduan Ramel lucu.

Juya setia mendengarkan aduan Ramel, sambil mengelus rambut pria itu pelan dan lembut.

Sampai Ramel tertidur sambil memeluk perut Juya, dia kelelahan mengadu, dielus pula, jadi ngantuk dianya.

.....

Makan malam di rumah Juya terasa agak tegang, Juya mah santai aja tapi ini tegangnya karena Jiya.

Robert sudah tau kalau Jiya menjual dirinya di rumah bordil, dan tau juga kalau Jiya sudah berulang lagi hamil namun diaborsi nya.

"Kamu tuh Jiya, jangan begitu nak, dosa besar menggugurkan janin." tegur Robert tenang.

Jiya menunduk, dia mengangguk pelan.

"Udahlah Robert, badan-badan Jiya, ya terserah dia mau ngapain aja." sewot Medelin membeli Jiya.

Tatapan tajam Robert berikan, dia mendengus sinis "Kamu tau apa? Taunya belanja aja, tau apa kamu hah? Ngurus anak aja enggak!" balas Robert.

"Ya ngapain aku ngurus mereka, bukan kewajibanku juga." cibir Medelin.

Robert mengepalkan kedua tangannya, dia sebenarnya sudah tau kalau wanita itu bukan Medelin, karena sikapnya benar-benar berbeda dengan Medelin.

Tapi Robert gak bisa langsung eksekusi, dia memikirkan hati kedua anaknya, mereka pasti sedih kalau tau wanita itu bukan ibu mereka.

Robert menunggu waktu yang tepat untuk membuka kedok wanita itu, berani sekali dia menyerupai wajah istri yang sangat Robert cintai.

"Oh ya Juya, kamu sama Leoz gimana?" tanya Robert lembut.

"Enggak gimana-gimana, mau Juya putusin, karena Jiya suka sama Leoz, jadi Juya gak tega, iya kan Jiya? Kamu mau sama Leoz kan?"

Jiya mendongak pelan, lalu mengangguk, dia akui dia tak bisa merelakan Leoz untuk Juya, Jiya iri, Jiya mau Leoz menjadi milik Jiya seutuhnya.

"Tenang aja, nanti Leoz bakal jadi milik kamu kok, Jiya."

Senyum miring Juya berikan, dia akan memberikan Leoz sialan itu untuk Jiya, karena Juya tak sudi pada barang bekas.

Bersambung⏳

Punish Crazy Ex Boyfriend [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang