⏳JuRa-25⏳

17.9K 2.8K 98
                                    

Sebenarnya lagi ada masalah, jadi mood aku agak rusak tapi target dah penuh, jadi harus tetap update.

Vote lah, gaperlu diingetin terus buat vote. Biasanya kalau udah update an terakhir, pasti vote bakal turun.

Jangan gitu, bantu vote kalau gak bisa bantu komen.

Vote diawal atau diakhir chapter.

200 vote dan 55 komen yah.

Juya is not belong to Ramel

"Kenapa kamu lakuin ini ke aku?"

Juya menatap kearah Ramel yang tengah berdiri didepannya, senyum sendu Ramel berikan, seperti kecewa pada Juya tapi tak bisa berbuat apapun.

"Ramel?"

Ramel terlihat tertawa pelan, dia menyentuh pipi Juya lalu mencium bibirnya pelan.

Air mata mengalir membasahi pipinya, ciuman mereka semakin intens.

Saat napas mereka hampir habis, Ramel menarik ciumannya lalu menatap Juya pilu, sudut bibirnya mengeluarkan darah.

"Semua aku kasih buat kamu, tapi kenapa kamu lakuin ini ke aku? Aku..aku gak mau diganti..aku gak mau..kamu..harus jadi milik aku..kamu..harus..kenali aku Juya..kenali aku..aku mohon..jangan gantikan aku.."

Juya tak mengerti, tapi sedetik kemudian dia melihat seseorang menusuk perut Ramel dari belakang, wajahnya buram, hanya saja senyumnya terlihat jelas.

Senyum lembut, lalu sosok itu berkata.

"Temukan, Teev Ramelio yang sebenarnya."

Deg!

Juya membuka matanya secara cepat, jantungnya berdegup tak karuan.

"Juya, akhirnya kamu bangun juga.."

Juya melirik kearah samping, ada Ramel disana bersama Robert dan Valdo.

Juya memijit dahinya pelan, rasanya kepalanya sakit, ini pasti efek dari pukulan yang Nedra berikan.

"Ini jam berapa?" tanya Juya.

"Jam 2 siang." jawab Valdo.

Juya menghela napas pelan, dia melirik kearah Ramel yang tersenyum lugu kepadanya, Juya balas dengan senyuman juga.

Juya menggapai pipi Ramel pelan.

"Kamu udah berani ya keluar tanpa aku, udah gak takut?" tutur Juya pelan.

Ramel diam, namun tak lama dia tertawa pelan.

"Aku kan harus sembuh, demi kamu Juya."

Juya diam sejenak, agak kaget dengan jawaban Ramel, rasanya aneh mendengar Ramel memanggil dirinya sendiri aku.

"Eh..iya.."

Juya bisa melihat pancaran aneh dimata Ramel, ini..aneh..

Juya merasa familiar namun juga merasa asing, kenapa rasanya ada saja hal yang tak sesuai dengan rencana nya.

Tentang pemutaran waktu disaat Juya dan Ramel terluka, dan tentang asal-usul kalung dilehernya saat ini.

Semua membuat Juya pusing.

"Besok Papi bisa dioperasi," sahut Jiya yang ada di ranjang sebelah Juya.

Juya hanya mengangguk, pikirannya rumit, dia masih harus membantu Rakel operasi, lalu memancing Virana untuk masuk ke jebakannya melalui Rakel.

Dan sekarang ada masalah baru, perihal Ramel yang bersikap berbeda.

Kenapa jadi semakin rumit saja.

"Jangan terlalu dipikirin," Ramel mengelus dahi Juya pelan, lalu mengecup dahinya pelan.

Ramel mendekat kearah telinga Juya dan berbisik lirih "I'm yours, Ilauna Juya Denbora, and you're mine, in every timeline babe. You can't run from me."

Juya pucat, apa maksudnya, dia menatap Ramel kalut, sementara Ramel hanya tersenyum manis sebagai jawaban.

Apa..maksudnya? Kenapa Ramel terlihat aneh.

"Dimana Leoz?" tanya Juya tiba-tiba.

Valdo memberi jawaban "Leoz ada di rumah, dia jatuh dari tangga tadi pagi dan kakinya keseleo, dia istirahat di rumah."

Juya meneguk ludahnya pelan, dia berusaha bersikap biasa, dia harus menyelesaikan semua masalah yang tinggal sedikit lagi selesai.

Baru, Juya akan menyelesaikan masalah dengan Leoz, Jiya dan Ramel.

Ramel sendiri tampak bersenandung riang sembari memainkan helaian rambut Juya, menciumnya pelan dan kembali memainkannya.

"Hp ku mana?"

Robert yang daritadi diam seraya memijit kaki Juya, langsung memberikan ponsel sang anak.

"Ini Juya, Papi simpan biar aman."

"Makasih Pi."

Saat Juya hendak mengambil ponsel Juya, Ramel terlebih dahulu mengambil ponsel Juya lalu mengantonginya.

"Kata Dokter, kamu belum bisa kena paparan radiasi ponsel, jadi hp nya aku simpan dulu." ujarnya lembut.

Juya benar-benar terdiam shock, otaknya buru-buru mendapatkan satu kesimpulan.

Itu bukan Ramel, dia bukan Ramel yang asli!

Bagus, tugas Juya nambah lagi jadinya.

⏳Bersambung⏳

Cerita ini gak sesederhana itu. Gak melulu tentang balas dendam terus cinta-cintaan, enggak, karena ini cerita ke 100 jadi harus berbeda muahahhaa.

Punish Crazy Ex Boyfriend [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang