Bughh!!
Bughh!!
"Sudah cukup el, mau berapa kali pun kamu memukulnya, dia sudah tidak bernyawa."
"Saya hanya ingin menguji coba pernapasannya saja tuan, siapa tau dia hanya akting mati."
"Ck, aku suka jalan pikiranmu."
Jam menunjukkan pukul dua belas malam waktu amerika serikat, bram pria paruh baya berusia 53 tahun itu masih terlihat gagah dan kekar di usianya yang tidak lagi muda, bertahun-tahun setelah kejadian menimpa keluarga dan harus kehilangan istri tercintanya.
Bram, harus pergi jauh dari ketiga belas anak-anaknya demi mencari informasi mengenai musuh utama yang tidak tau siapa orangnya, sampai setahun kemudian ia mulai mendapatkan sedikit demi sedikit bukti serta informasi tentang musuhnya yang tak lain adalah sahabatnya sendiri, david aksara louis.
Meretas segala situs dan bekerjasama dengan mafia rahasia di Amerika membantunya mendapatkan semua yang dia cari, semua itu tidak gratis ia harus mengeluarkan sejumlah uang dengan nominal jutaan bahkan miliaran untuk membayar mafia yang mau diajak kerjasamanya.
Demi ketenangan mendiang istrinya ia rela melakukan apapun untuk mengusut tuntas penyerangan beberapa tahun yang lalu.
"Jadi ini flashdisk yang merekam semua kegiatanku?." Bram mengambil flashdisk di balik saku celana korbannya yang tergeletak bersimbah darah.
"Benar tuan."
Bram tersenyum miring. "Bakar flashdisk ini el, kalo perlu buatlah menyatu dengan tanah."
"Siap laksanakan tuan."
Meninggalkan el sendirian mengurus tubuh korbannya itu, bram berjalan menuju ruangan pribadinya, malam ini ia harus tinggal tidak jauh dari markas miliknya yang sangat jauh dari pemukiman warga di Amerika.
Dan malam ini juga ia berhasil menangkap salah satu anak buah david yang selama ini mengikutinya dan merekam semua kegiatannya.
Bram duduk di kursi kerja miliknya, manik matanya menatap ke arah bingkai foto dimana keduabelas anak laki-lakinya tersenyum lebar dengan seorang anak perempuan kecil yang berdiri di tengah-tengah mereka.
"Maafkan papa sayang, papa belum bisa pulang menemui kalian, tapi papa janji akan segera pula jika semuanya selesai papa kerjakan, papa sayang sama kalian semua."
Pria paruh baya itu memeluk bingkai foto begitu hangat menyalurkan rasa rindunya yang sudah lama tidak bertemu dengan anak-anaknya.
Matanya beralih menatap layar ponsel miliknya yang menunjukkan sebuah pesan masuk dari anak laki-lakinya.
Ting.
Asahi : Papa sedang sibuk? Aku ingin menelepon
Belum sempat membalas pesannya Asahi sudah menelepon dirinya.
"Ya, Asahi, ada apa nak?"
"Papa bagaimana kabarnya? Sudah makan?"
"Kamu perhatian sekali haha, dari kecil kamu terlihat dingin dan seperti tidak perduli dengan yang lain"
"Itu hanya kelihatannya saja pa, aku punya cara sendiri untuk memberikan perhatian ke kalian"
"Haha baiklah, papa mengerti, jadi ada apa anak papa yang tampan?"
"Papa belum menjawab pertanyaanku sebelumnya"
"Oh ya, papa lupa, papa baik-baik saja Asahi dan juga sudah makan, kamu bagaimana? Yang lain dan si adek juga?"
KAMU SEDANG MEMBACA
My Brothers Are Mafia || TREASURE
Fanfic{COMPLETED} [✓] "Tidak boleh jauh-jauh" "Bilang aja apa yang kamu mau, nanti kami beliin" "Al pokoknya 24 jam handphone harus tetap aktif, mengerti" "Abang jemput nanti" Dan masih banyak lagi, beginilah ketika hidupku di takdir kan memiliki 12 Abang...