03. Most Wanted

3.8K 246 4
                                    

SMA Zibrano Seoul

Dua mobil Lamborghini berwarna hitam dan merah itu memasuki halaman sekolah dan terparkir rapi di tempat parkiran bawah yang memang tersedia di sekolah ternama ini.

Jeongwoo yang memakai seragam berbalut almamater sekolah itu keluar dari dalam mobil, kali ini jangan salah, mereka pemilik mobil Lamborghini tersebut dari hasil membantu abang-abangnya bekerja, dan itu mendapatkan upah sebesar tiga puluh juta per-orang, bisa bayangkan jika satu abangnya memberikan upah sebesar tigapuluh juta bagaimana jika delapan abangnya meminta tolong di hari yang sama, berapa juta yang mereka dapatkan dari para abang-abang nya itu.

Ya. Cukup untuk membeli apartemen dan menyewa villa, atau bisa saja lebih.

"Si adek belum sampai?." Tanya junghwan.

"Ini yakin tidak apa-apa kita menurunkannya di pinggir jalan?."

"Mau gimana lagi, ini kan kemauan dia sendiri to, kita tidak bisa melakukan apapun." Ucap jeongwoo.

"Sudahlah, lagipula dia memakai jam tangan yang sudah di letakkan gps sama bang sahi, jadi tidak perlu khawatir, kita masih bisa memantaunya dari handphone." Ucap junghwan.

"Tetap saja wan, di sini tanggungjawabnya tuh kita bertiga sekaligus bang dobby." Ucap haruto.

"Daripada khawatir begini, mending kita ke kelas saja, nanti biar aku chat si adek untuk memastikan dia sudah di sekolah atau belum." Tutur jeongwoo.

"Baiklah, Ayo pergi."

Sedangkan di lain tempat, kristal berlari masuk ke dalam gerbang sekolah yang hendak di tutup oleh satpam, ia harus berlari dari persimpangan jalan dimana haruto menurunkannya atas permintaannya sendiri, berniat naik taksi namun tak kunjung dapat mau tidak mau ia harus berlari mengejar waktu yang tinggal sepuluh menit lagi sebelum bel masuk berbunyi.

Kristal berhenti berlari dan terdiam sejenak untuk mengatur nafasnya yang memburu.

"Huh.... Untunglah aku tidak terlambat datang, capek banget astaga."

"Non kristal, telat lagi ya?." Tanya satpam sekolah yang memang mengenal kristal.

"Ah Iyah pak hehe."

"Ya ampun, sampai keringetan seperti itu, nih bapak ada tissue."

"Wah, terimakasih banyak pak hanabi, bapak memang paling the best pokoknya hehe."

"Non bisa saja, ya sudah mumpung masih ada waktu sebelum bel masuk berbunyi, non lebih baik segera masuk ke kelas."

"Ah benar juga, ya sudah kalo gitu, kristal masuk ke dalam dulu ya pak, sampai jumpa."

"Semangat non kristal."

"Oke pak."

Kristal berlari masuk ke dalam sekolah, ia bergegas cepat karena takut telat meskipun bel masih belum berbunyi, di koridor sekolah tiba-tiba saja gerombolan murid centil berlarian ke arahnya, menabrak tubuhnya hingga terjatuh di lantai.

"Aish!! Tidak bisa apa pelan-pelan sedikit!." Gerutunya kesal, ia menepuk-nepuk kedua tangannya guna menghilangkan debu yang menempel.

"Butuh bantuan."

Matanya menatap punggung tangan seseorang di hadapannya sampai ia mendongak ke atas menatap wajah yang tampan sedang tersenyum.

"Kak doyoung." Ucap kristal terkejut, harus bagaimana lagi disekolah ia harus memanggil abang-abang nya itu dengan sebutan kakak seolah-olah mereka sebatas adik dan kakak kelas.

Di benaknya, ingin sekali doyoung menegur gadis-gadis tadi yang seenaknya menabrak adik kesayangannya itu hingga terjatuh, tapi apa boleh buat? Dia harus menjaga nama baik adiknya.

My Brothers Are Mafia || TREASURETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang