19.00 AM.
Malam harinya kristal bersama jihoon pergi ke suatu tempat untuk membeli bahan-bahan kebutuhan masak yang tidak sempat kebeli oleh jihoon.
Motor sport hitam milik jihoon terparkir di depan supermarket, pemuda berjaket kulit hitam itu melepaskan helm miliknya dan mengacak-acak rambut hitamnya.
"Abang tunggu di sini aja, biar kristal yang masuk ke dalam."
"Ngapain sendirian udah kayak jomblo aja."
"Ish Abang!!."
"Haha iya iya bercanda sayang, yaudah kamu yang belanja pakai atm abang, ingat jangan beli barang yang tidak di perlukan."
Kristal mengangguk. "Siap komandan, yasudah aku masuk dulu, Abang jangan kemana-mana."
"Iyah dek."
Setelah kristal melangkah menuju pintu masuk supermarket, tak lama kemudian desha dan Freya yang juga hendak mencari sesuatu di supermarket keluar dari dalam mobil.
"Eh. Des! Des!." Freya menepuk pundak Rei berulang kali.
"Apaan si ya!! Sakit tau!." Pekik desha kesal.
"Ya maaf, tapi itu coba lihat cowok yang duduk di motor sport lagi mainin ponsel itu." Desha mengikuti arah telunjuk Freya.
"Wajahnya familiar banget deh des, kayak pernah lihat gitu."
"Wait! Wait! itu bukannya gebetannya kak ivy? Siapa tuh namanya... Aku lupa."
"Jihoon?."
Desha menjentikkan jarinya. "Benar, itu jihoon atasannya kak ivy di kantor, tapi dia sedang apa di depan supermarket?."
"Apa dia sedang menunggu seseorang yang lagi belanja di supermarket?."
"Maksudmu pacarnya?."
"Mungkin saja, tapi sepertinya tidak mungkin pacarnya."
Desha menoleh bingung ke arah Freya. "Kenapa tidak mungkin?."
"Kalo memang dia pergi sama pacarnya kenapa harus nunggu di luar? Kenapa tidak masuk saja ke dalam."
"Masuk akal juga si, ah aku punya ide, gimana kalo kita tunggu saja sampai seseorang itu keluar dari supermarket, kalo memang itu bukan mama nya kita harus foto dan kasih tau kak Ivy."
"Aku setuju denganmu, ayo kita tunggu sampai seseorang itu keluar dari supermarket."
Sedangkan di sisi kristal yang sedang mencari Snack yang tidak sempat di beli jihoon, ia terus melirik rak-rak berisikan beranekaragam snack di sana.
"Susu pisang binggarae, Keripik madu mentega, Snack tteokbokki dan choco pie juga sudah, beberapa Snack lain dan Coca-Cola serta sprite udah semua, oke. Tinggal bagian aku yang belum." Gumamnya tersenyum lebar lalu mendorong troli belanjanya.
Menelusuri setiap rak-rak yang berisikan makanan hingga beberapa cokelat terkenal dari luar negeri, kristal tak sengaja melihat sebuah cokelat yang sangat ia sukai itu.
"Wah, ada truffle di sini, tapi tinggal satu lagi. Aku beli deh."
Saat hendak mengambilnya tangan kekar seseorang secara bersamaan mengambil cokelat yang sama dengannya membuat tangan itu menyentuh tangannya, lantas tatapan mata kristal pun tertuju kepada pria yang memakai jaket levis biru muda, kaos putih polos, celana jeans hitam dan sepatu sneakers.
Tatapan mata mereka bertemu begitu lama sampai ketika mereka tersadar dan membuang muka.
"Ambil saja cokelatnya." Ucap pemuda yang tak lain pria dingin berhoodie tanpa nama di sekolah.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Brothers Are Mafia || TREASURE
أدب الهواة{COMPLETED} [✓] "Tidak boleh jauh-jauh" "Bilang aja apa yang kamu mau, nanti kami beliin" "Al pokoknya 24 jam handphone harus tetap aktif, mengerti" "Abang jemput nanti" Dan masih banyak lagi, beginilah ketika hidupku di takdir kan memiliki 12 Abang...