Seperti biasa di setap hari senin akan di adakan upacara rutin, katanya untuk mengenang jasa pahlawan yang sudah gugur di medan perang untuk kemerdekaan bangsa indonesia.
Namun tak semua pemuda mengerti, beberapa dari mereka seolah acuh terhadap perjuangan nenek moyang.
Hal itu mungkin berlaku juga pada Kala, sejak masuk SMA gadis itu sangat amat jarang mengikuti upacara.
Salah satu alasan mengapa nama nya jarang di sebut meski sudah memenangkan beberapa kejuaraan Lomba.
Kala, Bukan murid teladan yang patut di contoh. sikap nya yang arogan dan seanak nya membuat gadis itu jelas di pandang sebelah mata.
"Lihat Kala?" Endah bertanya pada salah seorang murid kelas 11 yang tengah berbaris di tengah lapangan.
"Kalo Lila liat bu."
"Saya tanya nya Kala!" Wanita itu berujar tegas.
"Lila sama Kala itu sepaket bu, kalo mau tau Kala di mana. Ibu bisa cari Lila,"
Endah nampak terdiam sebentar, melirik kearah jam di pergelangan tangan nya. Sebentar lagi waktu upacara akan segera di mulai. Namun Kala belum juga terlihat batang hidung nya.
"Kamu liat Lila di mana?"
"Di kantin tadi."
Guru bimbingan konseling itu mengangguk dua kali, di sertai senyum tipis. Sebelum beranjak meninggalkan lapangan.
Murid nya memang bukan hanya Kala, namun entah mengapa gadis itu yang paling ia jaga. Diam-diam Kala menjadi kesayangan beberapa guru karna nilai akademis nya yang tak di ragukan lagi. Meski ahlak nya bahkan menginjak nol persen, di mata Endah.
Kaki berfantopel hitam itu melangkah di sepanjang koridor lantai dua, ketukan nya bahkan menggema karna lorong mulai terasa sepi.
Tapakan itu berhenti tepat pada pintu UKS yang tertutup rapat, melirik kearah sekitar sejenak. Sebelum mendorong pintu kaca itu dengan pelan.
Hembusan nafas jengah jelas terasa di sana. Kedua tangan nya bertolak pinggang. "BAGUS BANGET YA BOLOS NYA! KEMARIN NGEROKOK DI TOILET, TRUS NONGKRONG DI ROOFTOP SEKARANG ASIK TIDUR-TIDURAN SAAT TEMEN-TEMEN KAMU YANG LAIN KEPANASAN IKUT UPACARA!"
"Na Kala!"
"Bu!" Lila berucap, "Kala lagi tidur."
"Bangun lah, waktu nya sekolah kok turu dek!"
"Kala lagi sakit bu!" Gadis itu nampak tak mau kalah, menatap Kala yang masih terpejam di kuasai oleh rasa pening.
"Kalo ibu gak percaya, ibu liat saya pegang apa? Bubur yang saya beli belum dia makan. Obat-obat nya juga belum dia pinum!"
"Trus ibu teriak-teriak ganggu istirahat dia." Lila berseru kesal. "Saya tau Kala emang nakal, tapi satu hari aja tolong, ibu bebasin Kala."
"Kalo perlu, kalo Kala harus di hukum saya siap gantiin hukuman dia."
Endah menggeleng pelan, menatap wajah Kala yang masih amat damai dalam tidur nya seakan teriakan nya tadi tak membuat nya terusik. Mata nya menajam saat ada luka lebam di tangan dan sudut mata gadis itu. Bertanya-tanya dalam hati apakah Kala habis bertengkar?
"Gak usah, kalian berdua gak usah ikut upacara. Kamu jagain dia aja. Nanti biar Ibu bilang ke wali kelas kalian." Wanita itu tersenyum tipis, sebelum melangkah keluar dari dalam uks.
"Udah." Ucap Lila pelan, usai memastikan Jika Endah sudah bener-benar pergi, mata Kala seketika terbuka di susul kekehan kecil karna sudah berhasil mengelabui Endah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kala, Dan 10 Pinta (End)
Novela JuvenilNama nya Na Kala Senja, Gadis yang kata nya lahir saat matahari terbenam itu jauh dari kata sempurna. Kala punya uang, punya kekuasaan, punya kecerdasan, punya segala nya yang bahkan gak semua orang miliki. Namun hanya satu yang ia butuhkan kini. Wa...