Setelah cukup mengabiskan banyak waktu akkhirnya ketiga orang itu memutuskan untuk pulang.
Kala tersenyum saat Aussie ada di hadapan nya, karna nanti mereka akan berpisah. Kala memutuskan untuk pulang lebih dulu tanpa di antar oleh sang kakak.
"Bener ga papa pulang sendiri?"
"Aku udah biasa naik motor sendirian Mba." Jawab Kala. "Belum ada yang boncengin sih."
"Cari pacar makanya."
"Kaya sendirinya udah punya aja." Canda Kala, terawa pelan hingga mata nya menyipit.
"Makasih ya buat hari ini, dan maaf kita gak bisa ngabisin waktu berdua aja. Padahal niat awal aku cuma mau ajak kamu."
Gadis itu mengangangguk singkat. "Ga papa, Kala juga seneng ngabisin waktu bareng Sera."
"Maaf kalo Sera masih judesin kamu, atau ada omongan yang gak enak. Dia pasti gak sengaja."
"Sera udah cukup dewasa untuk ngerti mana yang bisa di ucapkan mana yang gak boleh di bicarakan mba." Sahut Kala. "Dan aku harap, Mba gak terus ngebala orang yang salah."
Aussie tersenyum tipis, mengusap rambut kala begitu pelan. Taku jika nanti akan menyakiti sang adik.
Tangan nya merogoh sebuah kertas dengan logo fakultas seni milik Aussie.
"Ini undangan, lusa di fakultas aku ada pameran Nja. Kamu bisa dateng?"
Kala menatap tangan Aussie yang masih mengambang di udara, melirik kearah mobil Aussie yang terparkir jauh di sana. Ah lebih tepat nya melihat Sera yang membuka kaca mobil.
"Sera juga dapet?"
Aussie menggeleng tegas. "Satu orang cuma boleh undang satu tamu."
Tanpa ragu Kala meraih undangan itu, memasukan nya kedalam kantung hoodie. "Makasih Mba."
"Jangan lupa dateng ya Nja, aku mau tunjukin sesuatu sama kamu."
Kala mengangguk samar, membiarkan tubuh nya di tarik begitu saja dalam dekapan hangat Aussie.
"Maaf kalo belum bisa jadi kakak yang baik untuk Senja. Kalo kamu ada apa-apa, mau beli sesuatu, atau pingin pergi ke mana bilang aja ya Nja. Mba mau belajar jadi kakak yang adil."
"Jadi selama ini Mba sadar kalo mba gak adil sama aku dan Sera?"
Aussie melepas dekapan nya, mengecup sudut bibir Kala sekilas. "Sekarang Mba sadar kalo kalian berdua sama-sama berarti di hidup aku,"
"Jangan pernah pergi dari Mba ya Nja, Mba sayang banget sama Senja."
~•~
Rona tersenyum cerah, hal yang tak lepas dari sikap gadis itu yang memang selalu terlihat positiv. Mengecup pipi Kirana sekilas sebelum berlari masuk kedalam kamar Kala.
"Denger-denger ada yang baru ngedate nih?" Ia berbaring di kasur Kala yang sudah terlihat berantakan.
"Jangan di kasur bisa gak? Kamu baru pulang dari luar. Kotor nanti."
Rona tak menghiraukan Kala, menatap sang adik yang masih begitu fokus membaca buku pelajaran.
"Tadi gimana jalan nya? Aussie ngajak kamu ke mana aja? Kalian berdua ngapain?"
"Bertiga." Ralat Kala, membalik halaman buku nya. Gadis itu membetulkan letak kacamata yang biasa ia kenakan saat membaca.
"Kok—"
KAMU SEDANG MEMBACA
Kala, Dan 10 Pinta (End)
Teen FictionNama nya Na Kala Senja, Gadis yang kata nya lahir saat matahari terbenam itu jauh dari kata sempurna. Kala punya uang, punya kekuasaan, punya kecerdasan, punya segala nya yang bahkan gak semua orang miliki. Namun hanya satu yang ia butuhkan kini. Wa...