34. Sisi Rapuh Hyun

9.4K 523 123
                                    

Kala terseyum begitu bahagia, hari ini gadis itu melakukan pemeriksaan sebelum kemo yang kedua lusa nanti. Di temani Aussie yang tak pernah lepas menggenggam tangan nya.

"Hasil nya bakal keluar besok, semoga aja ada perkembangan hasil kemo pertama."

Gadis itu tak menyahut, hanya tersenyum tipis seolah mengiyakan ucapan Aussie.

"Dokter Lea bilang makan nya harus lebih di jaga, jangan mikirin hal yang macem-macem. Trus obat nya harus bener-bener rutin di minum ya!"

"Iya." Sahut Kala pelan.

"Mba?"

Aussie menoleh dengan mimik penuh tanya. "Haus."

Ia terkekeh pelan. "Ululu adik kicik Haus? Bentar aku beliin kamu minum ya? Kamu duluan aja ke mobil nanti mba nyusul."

"Beneran?"

Tanpa ragu Aussie mengangguk, ketimbang mengajak Kala kembali berjalan menuju kantin yang jauh dari parkiran.

Kala lagi-lagi terseyum tipis. "Maaf ya ngerepotin—"

"Eh siapa bilang gitu? Mba seneng kok Kala repotin." Aussie mengusap rambut kala pelan, mengecup sudur bibir gadis itu singkat. "Gih sana ke parkiran. Mba cepet kok!"

Setelah nya Aussie benar-benar tak terlihat, hilang di balik ruang-ruang yang berjejer rapih di sana.

Kaki beralas sepatu putih itu melangkah menuju parkiran, sesekali melihat sekitar berpapasan dengan orang-orang yang sama tak beruntung nya seperti Kala.

Namun ada sesuatu yang menarik perhatian nya, saat Kala melihat sosok yang begitu ia kenal.

Hyun.

Memasuki sebuah ruangan yang sebelum nya tak pernah Kala kunjungi di sana.

'Poliklinik psikologi'

Nafas nya tercekat begitu hebat, kala bahkan memegang dada nya karna. Merasa terkejut.

Untuk apa sang papah ke sana? Apa sebetulnya Hyun memang memiliki sebuah penyakit mental yang tak Kala ketahu? Apa Kirana juga tau?

Tangan nya terkepal erat, Kala memejamkan mata sejenak.

"Kala?"

Kepala nya menoleh saat bahu nya di tepuk oleh seseorang. Menatap kearah Leo yang tengah terseyum lebar.

"Mamah bilang lo hari ini priksa, udah selesai?"

Mata nya memarah, Kala kembali menatap ruang yang sebelum nya di masuki Hyun, beralih pada Leo.

"Hei? Kanapa?"

"Leo, kenapa tuhan selalu kasih gue kejutan?"

"Hah?"

"Tapi kejutan itu selalu menyakitkan. Yang gue mau hadiah. Apa anak nakal kaya gue gak berhak dapet hadiah dari Tuhan?"

"Kenapa Tuhan selalu nulis kisah yang buruk untuk keluarga gue?"

"Karna Tuhan tau, lo cewe kuat Kala."

~•~

Lea bilang gadis itu tak boleh terlalu banyak fikiran, namun melihat Hyun tadi membuat nya terus berfikir bahkan hingga tak bisa memejamkan mata meski waktu sudah begitu larut.

Kala ingin merokok, namun tak memiliki nya barang sebatang pun. Hingga merasa begitu hambar.

Gadis itu menatap jam dinding di dekat pintu, waktu sudah menunjukan pukul sebelas malam. Namun rasa kantuk belum juga menghampiri.

Kala, Dan 10 Pinta (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang