Kala baru pulang dari salon untuk menghitamkan lagi rambut nya, keadaan nya sudah lebih baik dan siap untuk kemo beberapa jam lagi.
Gadis itu kini tengah berganti baju di bantu oleh Tita, wanita itu dengan sabar membasuh tubuh Kala agar lebih segar nanti nya.
Mengusap tato yang tergambar indah di tubuh sang anak.
"Asr? Tato baru?" Tanya Tita pelan.
Kala mengangguk samar, "Aussie, Sera, Rona."
Gadis itu menatap Tita yang tengah menatap tulisan itu, tersenyum samar. "Kala boleh buat satu tato lagi Mah? Janji yang terahir."
Jika dulu Tita akan marah, makan sekarang saat ada di titik ini. Kebahagian Kala sepertinya jauh lebih penting hingga mau tak mau Wanita itu mengangguk.
"Nanti mamah temenin." Ia menjeda ucapa nya,"Emang Kala mau gambar apa?"
"Peri." Kala tersenyum samar, "Kalo mau terbang ke atas, Kala harus punya sayap kan Mah?"
"Kala–" Suara Tita tercekat, seolah terkejut akan ucapan Kala. wanita itu buru-buru memakaikan sang anak baju. "Sebentar lagi Kala kamo, ayo nanti ayah nunggu. Di temenin ayah ya kemo nya?"
Kala mengangguk kecil, berjalan di belakang Tita.
"Bener gak mau pake kursi roda?"
"Kala kuat mah." Jawab nya, keluar dari dalam kamar.
Hal pertama yang ia lihat adalah Yuri yang menatap nya begitu dalam, nampak jika sang ayah belum terlelap bahkan sejak kemarin.
"Udah siap nak?" Yuri menggengam tangan Kala, berpamitan pada Tita yang masih harus menemai Sera.
"Kalo nanti sakit, pegang tangan ayah yak?"
Kala memgangguk, menggoyangkan tangan nya ke depan dan belakangan hingga lengan Yuri ikut bergoyang.
"Mau ketemu dokter nya dulu?"
"Dokter Lea?" Tanya Kala, yang jelas di jawab anggukan kepala Yuri.
Lea, Dokter sepesialis paru-paru itu di pilih menjadi dokter yang menangani Kala menjalani proses pengobatan.
"Nanti aja, di ruang kemo bakal ketemu kan?"
Yuri mengangguk, melanjutkan perjalan nya menuju ruang yang biasa di pakai untuk kemoterapi. Melewati lorong-lorong rumah sakit yang terasa amat panjang.
Hingga kedua nya benar-benar sampai di sana, Kala di sambut oleh seorang suster yang membantu nya bersiap.
"Saya boleh ikut tunggu di dalam?"
Wanita itu mengangguk kecil, "Kita tunggu dokter Lea dulu ya."
~•~
Yuri tak bisa mengalihkan tatapan nya saat Kaki Kala mulai bergetar menahan rasa sakit, lelaki itu merasa tak tega hingga terus menggenggam tangan sang anak lembut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kala, Dan 10 Pinta (End)
Teen FictionNama nya Na Kala Senja, Gadis yang kata nya lahir saat matahari terbenam itu jauh dari kata sempurna. Kala punya uang, punya kekuasaan, punya kecerdasan, punya segala nya yang bahkan gak semua orang miliki. Namun hanya satu yang ia butuhkan kini. Wa...