10. Senja si nestapa

8.5K 541 67
                                    

Sudah terlalu lama keluarga itu menunggu kehadiran si Bungsu yang tak juga terlihat batang hidung nya. Padahal sudah belasan kali Yuri menghubungi Kala Karna hari ini mereka ingin melakukan foto keluarga.

"Emang gak mau kali anak nya," Sera berujar, duduk di sofa berseblahan dengan Aussie.

"Tapi dia udah janji sama Mamah bakal ikut, udah di buatin kebaya nya juga kok." Tita nampak tak mau kalah.

"Kita tunggu aja dulu, sabar ya." Mata nya mengarah pada Aussie. "Kamu pemotretan jam berapa hari ini?"

"Nanti Sore." Jawab Aussie sekena nya, gadis itu kembali memfokuskan tatapan pada benda pipih yang ia genggam.

"Apa mungkin kala sakit lagi?" Yuri berujar dengan nada cemas. "Kaya nya kita yang terlalu buru-buru deh. Dia belum sepenuh nya sembuh kan?"

"Udah," Sahut Sera. "Dia juga udah sekolah Yah."

"Trus gimana?" Tanya Tita, wanita itu melirik kearah Fotograper yang sengaja mereka undang kerumah, lalu pada ruang keluarga yang sudah di setting sedemikian rupa.

"Foto tanpa Kala aja." Aussie memberi usul, "Jaman sekarang udah canggih kali. Bisa di edit."

"Mba gak gitu," Yuri menggeleng tegas. "Ayah mau ada Kala di foto kita yang ori, gak mau kw apalagi edit-edit!"

Lelaki itu membuka telepone genggan nya, "Biar Ayah tanya sama Bunda nya dulu, mungkin emang Kala yang gak bisa."

"Trus kalo kala nya gak bisa, Kita foto nya gagal?" Sera bertanya dengan nada sewot. "Aku rela gak dateng latihan, Mba Aussie rela batalin dua job nya loh yah! Trus gak jadi nih?"

"Serena-"

"Emang dia penting banget ya? Sampe harus segini nya. Kala juga gak tinggal di sini yah. Yang ada bukanya aneh kalo dia ikut foto tapi bukan bagian dari rumah ini? Nama nya bahkan gak ada kan di kartu kelaurag kita?" Ucap Sera menggebu, yang tanpa mereka ketahu jika Kala sudah hadir di sana.

Berdiri di dekat ruang tamu, mendengar perdebatan tentang dirinya.

"Kali ini Aussie setuju sama Sera, kalian terlalu berlebihan memperlakukan Kala seolah dia bener-bener anak bungsu di sini,"

"Kalo ayah Lupa, Nama nya bukan lagi Kala Senja Puteri Jayabhaya. Tapi Na Kala. Dia aja lebih milih marga Om Hyun dari pada nama yang di kasih keluarga Ayah."

Di ujung sama Kala memejamkan mata, merasakan bagimana pedih nya tertusuk pisau yang tak berupa.

Kala sadar Sejak dulu ia memang bukan bagian dari kekuarga ini, namun mengapa rasanya sulit untuk menjauh. Apa kala harus benar-benar melupakan Yuri dan Aussie.

Apa kala harus benar-benar menjauh dan tak akan mengganggu keluarga ini lagi? Apakah Kala terlalu berharap mendapatkan posisi yang sama sebagai anak dan Adik di sana?

Kala menggangguk kecil, mengusap air dari pelupuk mata nya kasar. Lambat laun semua akan pergi, lambat laun Kala akan di tinggal sendiri. Lantas manusia mana lagi yang harus Kala percaya kalo semua orang hanya membuat Luka?

Kaki bersepatu putih itu melangkah pergi, bersaman dengan bayangan yang penuh dengan rasa kecewa. Kala ingin menghilang saja rasa nya, dan kembali saat gadis masih terlalu dini untuk mengenal kata perceraian.

~•~

Biasa nya untuk memenuhi kebutuhan dapur, Asri yang akan belanja. Namun untuk kebutuhan bulanan seperti sabun, sampo, dan perlengkapan rumah tangga lain nya kirana yang akan turun tangan. Memilih yang paling baik untun Hyun, Kala dan Rona.

Kala, Dan 10 Pinta (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang