Usai berganti baju mejadi pakaian santai yang di siapkan Aussie. Sera dan Kala mulai berlarian. Menginjak pasir pantai berwarna putih yang begitu halus.
Kesana kemarin sembari tertawa tanpa takut jatuh atau tersungkur. Mulai bersentuhan dengan air yang menyapu kedua kaki mereka.
Sedangkan Rona dan Aussie menggelar sebuah alas bercorak kotak lengkap dengan cemilan yang sebelum nya sudah mereka beli.
"Hati-hati K!"
"K, jangan lari nanti jatuh!"
"Rona, Senja nya jangan di jailin!" Aussie ikut berseru, sedangkan kedua nya nampak tak perduli.
Tetap melakukan apa yang mereka mau sembari menunggu matahari terbenam.
"Kamu efort banget deh," Rona berujar saat Aussie sudah menyiapkan semua nya. Tempat, baju, bahkan makanan.
"Aku cuma mau liat Kala seneng." Jawab nya samar, kembali menatap Kala dan Sera yang tengah bermain pasir.
"Mereka kenapa kaya anak kecil banget ya?"
"Sampe kapan pun, Kala gak akan pernah besar di mata aku."
Rona mengangguk setuju. "Dia masih Bayi."
"KA RONA! SERA NYA GAK MAU KASIH KELOMANG ITU BUAT AKU!" Kala berseru, berjalan ke arah kedua kakak nya.
"Ya kan aku yang nemuin!"
"Tapi kamu harus ngalah!"
"Gak semua hal yang kamu mau harus kamu dapeti, kalo mau cari sendiri sana!"
"IH, DULU AKU KAU SAYANG-SAYANG. KINI AKU KAU BUANG-BUANG!" kala merengek, menghentakan kaki nya ke pasir. "Mau itu Kak Rona! Mba Sie!"
"Serena, ngalah sama adik nya ya?" Aussie berujar lembut. "Sera nanti kelomang nya beli di abang-abang yang ada rumah nya ya—"
"KALA MAU YANG ITU!" Kala mencela. "KALA MAU YANG RUMAH NYA JUGA ADA AYUNAN NYA!"
"Iyah, nanti di bellin ya."
"Mending sekarang kalian berdua sini, duduk istirahat. Jangan lari-larian terus nanti cape."
Sera dan Kala tak menyahut, tak urung mendudukan tubuh nya sejajar dengan Aussie dan Rona.
"Pertamakali nya banget kita bener-bener jalan berempat gini." Kala tiba-tiba berujar, "Kala seneng banget."
Wajah itu, binar mata yang bersinar, juga senyum di bibir yang melengkung sempurna sangat menggambarkan betapa bahagia nya Kala kini.
"Kalo aku bisa pegang waktu, aku mau berhenttin tiap detik yang terjadi sekarang. Aku mau lebih banyak nulis cerita indah sama kalian."
Tangan Rona mengusap punggung Kala lembut, tersenyum hangat. "Kamu gak perlu berhentiin waktu K."
"Karna sekarang, Tiap detik. Ayo kita tulis kebahagian kita."
~•~
Mungkin selama ia hidup dan menjadi seorang Kakak, ini pertamakalai nya ia merasa ketakutan, sebuah rasa takut kehilanga yang tak bisa di gambarkan dengan jelas.
Ia menatap rambut Kala yang bergoyang tertiup angin, lalu pada langit berwarna jingga yang terbentang di sepanjang pantai.
Tanpa tau jika mungkin, orang di hadapanya kini bisa hilang kapapun tuhan mau. Dan Aussie takan pernah siap akan hal itu.
Aussie menyayangi Kala, begitu besar. Seakan jika bisa di tukar. Dirinya rela mati agar Kala tetap bernafas.
Kala, Aussie, deburan ombak, angin, dan matahari terbenam. Tak ada yang membuka obrolan sebab mereka saling bungkam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kala, Dan 10 Pinta (End)
ספרות נוערNama nya Na Kala Senja, Gadis yang kata nya lahir saat matahari terbenam itu jauh dari kata sempurna. Kala punya uang, punya kekuasaan, punya kecerdasan, punya segala nya yang bahkan gak semua orang miliki. Namun hanya satu yang ia butuhkan kini. Wa...