21. ASR

8.4K 497 75
                                    

Bohong jika kala merasa baik-baik saja, kenyataan ini membuat nya terpukul berat, Kalah telak hingga membuat nya ingin tenggelem. Gadis itu meremas rambut nya kasar, membiarkan air show1er yang menyala mengguyur tubuh tanpa jeda.

Kanker katanya?

Rasa nya kala ingin tertawa begitu keras, jika tuhan memang membenci nya. Mengapa tak cabut saja nyawa tak berguna nya ini. Mengapa harus menghadirkan penyakit sialan itu?

Pasti mereka akan kerepotan mengurus kala yang penyakitan. Kala tak ingin terus menerus menjadi sumber masalah, gadis itu tau jika biyaya rumah sakit begitu mahal.

Tangan nya meraih sebuah cutter yang ada di dekat wastafel, menggenggam nya begitu erat. Rasa sakit dari goresan di telapak tangan itu tak ada artinya dari rasa sakit yang ia alami kini.

Begitu bertubi-tubi hingga Kala kesulitan menanpung nya.

"Senja?"

Gadis itu terdiam sejenak, menatap kearah pintu kamar mandi yang di ketuk.

"Mandi nya jangan lama-lama udah malem!"

Senyum di bibir pucat itu terukir begitu tipis, salah satu orang yang menjadi alasan ia bertahan ada di sebrang sana.
Menunggu nya di depan pintu.

"Nja!"

"Sebentar." Kala menyahut dengan suara serak, menatap telapak tangan nya yang terluka.

Apakah Aussie mau mengobati nya?

Cukup lama kala terdiam, akhirnya ia beranjak. Memakai sebuah kimono yang ada di sana. Keluar dari dalam kamar mandi dengan senyum begitu lebar.

"Mba Sie!" Sapa nya, Aussie yang masih berdiri hanya mengangguk singkat.

"Cepet pake baju, abis itu makan malam." Aussie ingin melangkah keluar, namun Kala menahan nya.

"Tungguin, nanti ke bawah nya bareng."

Gadis itu tak lagi menyahut, memilih untuk duduk di pinggir ranjang Kala. Tanpa memperhatikam sang adik.

Namun baru beberapa detik, Kala nampak berubah pikiran. "Mba Sie duluan aja deh. Nanti aku nyusul."

Kala baru ingat jika di tubuh nya memiliki sejumlah tato yang tak di ketahu oleh siapapun kecuali Tita. Dan jika saja Aussie melihat, Kala bisa pastikan jika ia akan di marahi abis-abisan.

"Yaudah." Sahut nya malas, sebelum beranjak pergi dari sana tanpa menoleh sedikit pun.

Gadis itu tersenyum tipis, mengunci pintu kamar nya rapat-rapat.

Mata nya menatap pantulan tubuh nya dari balik cermin, mengusap beberapa tato nya perlahan.

Membuat gambar atau tulisan di kulit nya memang sakit, namun rasa nya begitu membuat Kala merasa candu.

"Nanti tambah lagi ah, ASR bagus kali ya?"

~•~

Jika kalian pikir kala merupakan anak yang penuh perhitungan kalian salah, karna usai memikirkan tato baru nya beberapa jam yang lalu. Kini ia sudah berada di tempat langganan nya membuat tato. Bersama Anggi yang berdiri tak jauh dari tempat duduk nya kini.

Gadis itu memang selalu mau menemani kala kapanpun bahkan saat waktu sudah begitu larut seperti sekaramg ini.

"Lo bilang nya balik ke rumah?"

Kala mengangguk, menatap Anggi yang duduk di sofa bersebrangan dengan nya.

"Ga papa kan? Ka Anggi gak cape baru pulang kerja trus aku suruh kesini buat nemenin?"

Kala, Dan 10 Pinta (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang