Mungkin tak semua anak itu beruntung, dapat makan dengan sendok emas, minum dengan cangkir perak, atau piring beralas perunggu.
Mungkin, tak semua anak dapat tidur beralas kasur, si kurang beruntung dapat nyenyak dengan kapuk.
Jika tembok yang menjadi pembatas untuk sebagian orang berlindung, bagaimana dengan rajutan kayu yang berongga?
Namun, semua itu sirnah saat Rona, Panca dan Nath datang. Tempat kumuh itu di sulap menjadi pemukiman yang jauh lebih layak dengan kantong mereka sendiri.
Nath yang mengajarkan anak-anak membaca, menulis, bahkan melukis.
Panca yang mengajarkan norma-norma hukum agar mereka tak tersesat di keras nya jakarta, dan Rona yang rutin mengadakan penyuluhan kesehatan.Ketiga pahlawan itu amat berarti untuk masyarakat yang tinggal di sisi gelap kota.
"Okey minggu depan kita belajar lagi ya? Nanti ka Nath bawain alat tulis baru." Nath terseyum lebar, mengusap salah seorang anak yang duduk di dekat nya.
'Rumah Singgah'
Mereka menyebut nya. Sebuah bangunan di tengah pemukiman yang di jadikan sarang untuk ketiga nya memberikan banyak ilmu yang bermanfaat.
Mereka fikir jika para pemuda memang harus membuka mata dengan keadaan yang di alami kini, karna bangsa nya krisi Sumber daya manusia yang memiliki pemikiran maju.
"Ka Rona, kenapa melamun?"
Gadis itu terperanjat saat seorang anak perempun penyentuh tangan nya, tak sadar jika sejak tadi pikiran nya terisi dengan Kala.
"Ah engga, Ka Rona lagi pikirin adik nya Kakak."
"Adik nya ka Rona emang kenapa?"
"Lagi sakit." Jawab Rona, saat beberapa menit lalu Hyun mengabarin nya jika Kala masuk rumah sakit.
Tersenyum begitu tipis saat mungkin, ia yang menjadi terakhir tau kabar ini.
"Kala sakit?" Nath bertanya, memandang Rona dengan mimik tak terbaca.
"Iya, kata nya udah dari beberapa hari yang lalu. Tapi Bunda sama Papah baru tau tadi." Ucap nya pelan.
"Nanti mau ke Rs?"
"Kata Papah gak perlu karna nanti sore udah boleh pulang." Gadis itu menjeda ucapan nya. "Gue cuma ngerasa gagal aja jadi seorang Kakak."
"Semoga adik nya ka Rona cepet sembuh." Anak perempuan yang berada di dekat mereka berucap. "Kapan-kapan adik nya ka Rona ajak ke sini, main sama kita. Dia kelas berapa?"
Rona terseyum kecil, "K udah gede, udah SMA."
"Oh sudah besar? Aku pikir masih SD."
"Tapi kalo sama Aku, dia masih kecil kok. Kaya anak Tk."
Anak itu tertawa, tiba-tiba membayangkan sosok Kala. Berharap suatu saat nanti bisa bertemu dengan adik dari Rona itu.
"Kak K itu cewek? Atau cowok?"
"Cewek, cantik lagi. Sampe-sampe Ka Nath aja sampe suka." Panca berujar meledek Nath yang mendengus sebal.
"Ka Nath sudah punya pacar? Yah Kita patah hati dong!"
~•~
Kala adalah orang yang tak banyak bicara, cenderung diam dan tenang. Seperti samudra biru yang begitu dalam. Dan Leo tak menyangka jika diam-diam banyak hal yang gadis itu tanggung seorang diri tanpa banyak orang tau.
Tipu daya yang Kala lakukan amat besar hingga semua orang dapat percaya jika gadis itu baik-baik saja.
"Jadi, Dokter Lea itu nyokap lo?" Kala bertanya, menatap ikan-ikan yang berenang di kolam rumah sakit.

KAMU SEDANG MEMBACA
Kala, Dan 10 Pinta (End)
Novela JuvenilNama nya Na Kala Senja, Gadis yang kata nya lahir saat matahari terbenam itu jauh dari kata sempurna. Kala punya uang, punya kekuasaan, punya kecerdasan, punya segala nya yang bahkan gak semua orang miliki. Namun hanya satu yang ia butuhkan kini. Wa...