3. Kebal akan Luka

10.2K 611 112
                                    

Sesuai janji nya pada Yuri akhirnya Kala sampai di kediaman keluarga sang ayah, rumah yang tak kalah megah dari milik Hyun itu terlihat sudah di depan mata.

Ia turun dari vespa nya, tersenyum ramah pada salah seorang penjaga yang ada di sana.

"Non Kala?"

"Pak," Kala berucap pelan, "Jangan panggil gitu ah, Kala gak suka."

"Tapi kan Non anak majikan saya—"

"Kala gak tinggal di sini kalo pak Maman lupa. Kala bukan bagian dari keluarga ini." Gadis itu terkekeh hambar, menutupi luka di hati nya.

Kala menatap pintu utama yang masih tertutup rapat, mulai menapaki anak tangga untuk sampai keatas sana. "Duluan pak."

Hal yang membuat Kala cukup malas datang kerumah ini adalah ada nya tangga yang harus ia daki untuk sampai ke pintu utama, beberapa bagian rumah ini pun harus di lalui dengan anak tangga.

Gadis itu merasa pengap walau jumlah nya tak seberapa, seketika ia menyesal menjadi perokok Aktif.

"Kala?"

Sambutan yang pertamakali Kala dengar saat membuka pintu, di susul pelukan hangat dari Tita yang mendekap nya erat padahal baru beberapa hari yang lalu mereka bertemu.

"Akhir nya sampe juga, abis main ya di luar? Kala udah laper? Mau makan?"

Pertanyaan-pertanyaan itu hanya di jawab senyum tipis oleh kala, sembari menggeleng singkat.

"Kala, boleh langsung ke kamar Mah?"

Meski Kala tak tinggal di rumah itu, namun ia memiliki satu kamar pribadi sendiri untuk sewaktu-waktu menginap di sana.

"Kala mau nginep?" Tanya Tita dengan antusias. "Nanti makan malam di sini kan?"

"Ayah gak bilang sama Mamah kalo aku udah janji makan malam di masakin Bunda," Gadis itu berjalan di ikuti Tita di samping nya.

"Bilang, tapi kan Kala bisa setiap hari makan malam di rumah, tapi kalo di sini paling sebulan sekali itupun jarang banget," Tita berujar dengan nada sendu.

"Mamah udah masakin makanan kesukaan Kala padahal, ayam bakar taliwang pake sambal matah sama sate lilit. Semua nya mamah buat sendiri sampe tangan mamah sempet kena pisau tadi," Tita memperkihatkan jari telunjuk kiri nya yang di lilit plester penutup luka. Kala merasa semakin tak enak di buat nya.

"Tapi kalo Kala gak mau, mamah gak akan paksa. Nanti biar mamah bungkus biar kala bisa makan di rumah—"

"Kala makan di sini aja." Jawab gadis itu cepat. "Kala mau mandi dulu."

Setelah nya gadis itu beranjak pergi, membuat senyum penuh kemenangan dari Tita jelas terlihat di bibir wanita itu.

"Maaf ya bohong, mamah gak luka hihihi."

~•~

Rona menatap sang bunda dalam, beralih pada sang papah yang nampak makan dengan tenang. "Kita gak nungguin Kala dulu?"

"Emang nya dia udah pulang?" Sahut Kirana, "Dia pergi dari pagi, sempai sekarang belum pulang."

"Bunda gak kahwatir?"

Kirana tersenyum kecil, "Ayah nya udah telepone, dia ada di sana."

Mendengar itu membuat Rona bernafas lega, bagaiaman pun Kala tetap adik nya. Meski kedua nya tak memiliki ikatan darah.

"Kala semakin hari makin tak terkontrol, pulang pergi semau nya. Kamu harus lebih tegas Kira." Hyun berujar pelan, menegak segelas air putih yang ada di depan nya.

Kala, Dan 10 Pinta (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang