Kala mengerutkan kening bingung saat Kirana menyambut nya dengan pelukan yang begitu hangat, bertanya-tanya apakah ada hal yang ia lewatkan selama tadi di sekolah?
"Maafin Papah ya."
Gadis itu melepas dekapan nya, menatap Kirana yang mengusap wajah nya begitu lembut.
"Semalam Kala di pukul lagi ya? Papah udah cerita. Papah udah minta maaf ke Bunda,"
Ah, Mengapa rasa nya ada yang mengganjal di hati Kala, mengapa kini terkesan ia baik-baik saja usai di pukuli? Kala pikir Kirna akan marah. Namun melihat wajah tenang sang Bunda Kala merasa jika wanita itu tak merasa masalah sedikitpun usai Hyun melukai nya.
"Iya," Suara bernada lembut itu terdengar, Kala tak berharap apa-apa lagi. Dan mungkin suatu saat Kirana akan melihat Kala di pukuli di depan mata nya sendiri.
"Lain Kali, kala jangan nakal ya? Jangan sampe buat papah marah lagi."
Tapi, Bukanya sebesar apapun kesalahan Kala. Bermain fisik bukan lah hal yang baik?
"Masih sakit luka nya? Ayo bunda obatin,"
Kala menepis pelan tangan kirana yang kembali ingin menyentuh lebam di wajah nya, menggeleng kecil. "Gak usah, udah gak sakit kok."
"Maafin Bunda ya sayang, Tapi sekarang kita emang harus tegas ke kamu. Masalah yang kamu lakuin kemarin bukan hal kecil."
"Kala ngerti." Cicit nya samar.
Itu baru sebagian kenakalan kala yang mereka tau, jika nanti Kirana tau sang bungsu adalah perokok aktif, Pemabuk keras bahkan pengoleksi tato Bagaimana respon nya?
"Syukur kalo kala ngerti, Karna Bunda gak mau Kala melangkah terlalu jauh."
"Bukanya kita emang udah jauh?" Sahut nya kecil, Menatap Kirana begitu dalam.
"Kala—"
"Kerjaan Bunda masih banyak kan? Jangan buang waktu berharga bunda buat terlalu sibuk ngurus anak gak penting kaya aku."
"Aku gak sepinter Ka Rona, gak seterkenal Mba Aussie juga. Bunda masih punya dua putri yang jauh lebih berharga."
"Kala, Gak ada artinya juga kan buat Bunda."
"Siapa yang bilang gitu?" Kirana berujar tegas. "Siapa bilang Kala gak berarti untuk bunda–"
"Sikap Bunda yang nunjukin semua nya."
~•~
Meski mereka berada di satu universitas yang sama namun gedung antara fakuktas kedokteran dan seni tentu cukup jauh.
Rona berjalan di samping Panca yang tengah membaca buku, kekasih nya itu memang di kenal sebagai pribadi yang rajin dan pendiam.
"Bukanya aku pernah bilang buat gak baca buku sambil jalan?" Langkah Rona terhenti, menatap Panca dalam.
Lelaki itu hanya tersenyum tipis, menutup kembali buku yang tengah ia baca. "Kita ngapain ke fakultas Seni? Nyamperin Nath?"
Biasanya saat mereka pergi ke gedung yang penuh dengan anak-anak seni itu, dengan alasan ingin bertemu Nath. Meski mungkin lebih banyak Nath yang datang ke Fakuktas kedokteran yang di gelutu Rona atau pergi ke Fakultas Hukum tempat Panca menimba ilmu.
"Engga, Aku mau ketemu seseorang."
"Adik tiri kamu?"
"Kamu tau?" Tanya Rona pelan, lupa jika mungkin dia pernah bercerita.
"Yang main film itu kan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Kala, Dan 10 Pinta (End)
Novela JuvenilNama nya Na Kala Senja, Gadis yang kata nya lahir saat matahari terbenam itu jauh dari kata sempurna. Kala punya uang, punya kekuasaan, punya kecerdasan, punya segala nya yang bahkan gak semua orang miliki. Namun hanya satu yang ia butuhkan kini. Wa...