6. Secuil kisah Rona

8.8K 553 80
                                    

"AWAS!" Kala berseru saat skateboard nya melaju di koridor kelas sebelas, menghiraukan teman-teman nya yang berteriak penuh kesal.

Masuk kedalam kelas dengan mimik tak berdosa, melempar tas keatas meja begitu saja sebelum kembali memaikan skateboard nya di dalam ruangan itu.

"Kal, nabrak orang nanti." Aiden memberi wejengan, ketua kelas Kala itu memang sedikit cerewet.

"Kal, bayar uang kas dulu, lo belum bayar udah sebulan."

"Kal, nanti siang piket lo. Awas aja kalo kabur!"

Suara-suara menyebalkan itu tak kala hiraukan, gadis itu masih asik dengan skateboard yang beberapa bulan ini ia miliki. Tak jarang gadis itu membawa papan seluncur beroda empat itu ke sekolah.

"Kala ih nabrak meja gue!"

Tanpa meminta maaf, ia hanya menampilkan senyum meledek. Sebelum kembali melakukan hal yang sama.

"Lila! Ahkirnya pawang nya dateng." Aiden berseru keras, berjalan menghampiri Lila yang baru masuk kedalam kelas.

"Itu temen lo bilangin, main skedbord jangan di dalam kelas—"

"Kala." Lila berseru memanggil nama Kala, meski gadis itu tetap tak menghiraukan.

"Na Kala!"

"Senja!"

Seketika Kala menoleh, menatap Lila yang menyebut nama ketiga nya. Berjalan mendekat kearah Lila dengan skateboard nya.

"Apa?"

"Main nya udah, di omelin Aiden tuh."

Kala sontak menoleh ke Aiden. "Lo marahin Lila? Punya hak apa?" Suara bernada datar itu terdengar. Hingga kelas yang awalnya gaduh seketika hening.

Mereka semua serentak menatap kearah Kala dan Aiden. Oh ayolah? Semua orang di sana pun tau untuk tak mengusik Kala lebih jauh.

"Ngomong langsung sini kalo gak suka. Ngapain nyuruh Lila. Takut lo?"

Aiden mengepalkan tangan nya, merasa amat kesal. Kesabaran yang awalnya setebal beton pun kini tingal setipis tisu. "Jangan karna anak ke sayangan Bu endah lo bisa seenak nya Kal! Untung lo cewek."

"Kenapa kalo gue seenak nya? Kenapa kalo Bu Endah pilih kasih ke gue? Dan kenapa kalo gue cewek. Masalah?"

"Jangan sok pinter deh lo!"

"Bukanya gue emang pinter? Berapa lama pun lo belajar. Nilai lo tetep di bawah gue kan?" Kala masih menampilkan mimik setenang mungkin tanpa emosi.

"Selama ini gue udah sabar ngadepain lo Kal, anak-anak juga udah muak liat lo jadi tuan putri dan Lila cuma jadi dayang lo."

"Bolos tinggal bolos, nyebat tinggal nyebat, tidur di uks, ke kantin. Lo pikir kita semua gak tau!"

"Bokap lo bayar uang SPP berapa sih? Sama kan? Atau karna lo anak pejabat? Anak wakil rakyat lo?"

"Lo tuh cewek sampah Kal, gak ada yang mau sama lo. Bahkan temen aja lo gak punya kan?"

"Atau lo nakal gini karna kekurangan kasih sayang–"

"AIDEN CUKUP!" Lila berseru, mendorong bahu Aiden agar menjauh dari Kala. "Omongan lo keterlaluan."

"Omongan yang mana? Semua fakta!"

"Den," Kala menatap Aiden dalam. "Lo bener, itu semua fakta. Kalo gue nakal, suka berantem, ngerokok, bolos dan cari masalah karna kekurangan kasih sayang. Lo bener."

"Lo bener kalo gue ngelakui itu semua, tapi yang lo gak tau. Gue punya alasan."

"Jadi berhenti nilai orang cuma dari cara di bersosialisai dan Hidup."

Kala, Dan 10 Pinta (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang