35. Abandoned

10.3K 598 73
                                        

Genggaman tangan Aussie semakin erat saat Kala meremas tangan nya, sebentar lagi kemoterapi Kala di hari ini selesai, namun rasa sakit nya kian menjadi.

Bahkan rasa pening dan Mual mulai menguasai gadis itu, hingga tanpa sadar meringis pelan.

"Senja?"

Kala menoleh saat Aussie terseyum begitu lembut, mengusap rambut nya pelan. "Kuat kan?"

"Hmm." Kala bergumam kecil, memejamkan mata saat Lea nampak mulai melepas alat-alat komoterapi nya.

"Udah seleasai Kala. Hebat ih, lebih cepet dari kemarin." Wanita itu tersenyum lembut. "Istirahat dulu ya, nanti kalo udah stabil baru boleh pulang."

Kala mengangguk samar, mulai bangkit untuk duduk di kursi roda di bantu oleh Aussie.

"Langsung ke kamar ya Nja?"

"Iya." Jawab Kala pelan, keluar dari dalam ruangan kemoterapi. Hal pertama yang ia lihat adalah Leo yang langsung berdiri menghampiri nya. Lalu pada Sera yang terseyum begitu tulus.

"Mau langsung istirahat?"

Aussie mengangguk saat Sera bertanya, mulai berjalan beriringan menuju ruang rawat Kala.

"Nanti malam Mamah sama Ayah baru bisa dateng." Sera berujar pelan. Menggantikan Aussie mendorong kursi roda Kala.

"Iya ga papa," Jawab Kala. Mata nya menatap Sera yang tengah berbisik pelan pada Aussie. Menghelanafas saat merasa ada yang di sembunyikan dari mereka.

Lalu keempat nya berjalan dalam keheningan, Leo bahkan nampak juga ikut tau sesuatu.

"Tadi Lila telpone lo Kal, tapi gue yang angkat." Sera berujar pelan, saat mereka sudah sampai di ruang rawat Kala.

Gadis itu mulai berdiri untuk berpindah ke ranjang. "Trus lo jawab apa?"

"Jangan telepone dulu, lo gak bisa di ganggu."

Kala berdecak kesal, maraih hanpone nya dari tangan Sera. "Kalo gak bisa jawab yang bener, mending gak usah di angkat!"

"Lo kok jadi marah gitu?"

"Kalo Lila sakit hati sama perkataan lo gimana? Kalo dia beneran gak bakal telepone gue lagi gimana?"

"Ya bagus dong, lo kan perlu istirahat!"

"Lo mana ngerti si Serena!" Kala berseru penuh amarah, membuka handpone nya dengan cepat.

Hal pertama yang ia cari adalah nomor telepone milik Lila. Membaca sebuah pesan singkat yang membuat dada nya berpacu amat hebat.

Lila Hita Ala.
Kala, Ayo ke banda Neira.
Lo janji kan mau ajak gue ke sana?
Kalo lo gak bisa nepatin janji, ga papa
Gue bisa liat Banda Neira sendiri
Dari atas sini.
Hehe, Sayonara Kal.
Semoga di kehidupan selanjut nya, Kita tetep jadi sahabat. Bahkan kalo bisa saudara perempuan.

Tangan nya meremas telepone milik nya erat, Mata nya memerah menahan tangis. Mencoba menghubungi Lila yang nomor nya tak lagi aktif.

"ANJING!"

"Nja kenapa?" Aussie nampak khawatir, menatap Kala yang begitu kacau saat membuka handpone milik nya.

Kala tak menyahut, gadis itu tiba-tiba lari keluar dari kamar. Hingga membuat mereka yang ada di sana tentu terkejut dan panik.

"Kal kenapa?"

"Kala!"

"Senja jangan buat kita khawatir!"

Langkah nya terhenti saat tangan nya berhasil di cekal Leo. Lelaki itu menatap Kala tajam. "Lo kenapa? Lo gak bisa pergi gitu aja saat kedaan lo lagi kaya gini!"

Kala, Dan 10 Pinta (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang