bagian 16

803 87 8
                                    

Jadilah Bulan di setiap bab yang kalian baca

Motor yang Fajar kendarai berhenti tepat di sebuah rumah. Gadis yang sejak tadi ia bonceng turun dari jok belakangnya.

Senyum gadis itu masih terus ada sejak kurang lebih satu jam yang lalu.

"Mau mampir dulu kak?" Tanya gadis itu dan Fajar menggeleng "next time aja. Gue ada yang mau dilakuin"

"Okedeh. Makasih ya kak, buat hari ini" Senyum Rani tambah terlihat jelas, bahkan matanya pun ikut tersenyum

"Sama-sama" jawab Fajar

"Aku, masuk dulu" Fajar sedikit tersentak mendengar bahasa yang gadis itu gunakan, tiba-tiba berubah.

Fajar mengangguk "iya. Gue juga pulang dulu ya" pamitnya sekalian dan dibalas anggukan oleh Rani.

Fajar melajukan kendaraannya. Meninggalkan gadis yang baru saja ia terima pernyataan cintanya itu. Gadis yang baru saja mendengar akuan "nyaman" dari dirinya. Gadis yang bisa Fajar yakini akan lebih sering dia berinteraksi dengannya. Meskipun Fajar sudah mewanti-wanti untuk tidak ada satupun yang boleh tau, tapi Fajar harus selalu siapa jika suatu saat nanti hubungan yang belum resmi ini terungkap.

Selama perjalanan pulang pun, perasaan dan pikiran Fajar masih belum bisa fokus. Jujur, ini adalah pertama kalinya Fajar menerima langsung pernyataan cinta dari seorang gadis, dan ini juga kali pertamanya Fajar menerima sebuah ungkapan rasa. Dan entah memang seperti inikah rasanya atau hanya Fajar yang merasakan rasa gundah seperti ini? Fajar juga sudah beberapa kali pacaran waktu SMP dulu, hanya saja ini pertama kalinya Fajar mencoba serius dengan wanita di masa SMA nya ini.

Fajar memasukan motornya setelah gerbang rumahnya dibuka oleh satpam keluarga mereka. Rumahnya tampak sepi. Karena memang sepertinya hanya ada dia di rumah ini.

Fajar membuka pintu rumahnya. Bau kopi hitam menusuk rongga hidung nya.

"Apaan kak Seno! Sama papa aja kalah!" Suara Aisyah menggelegar.

Fajar segera melihat ke ruang tamu. Sepertinya suara adiknya itu berasal dari sana.

"Papa curang!" Seru Seno tak terima

"Mana ada papa curang. Ini Aisyah saksinya" suara Hermawan, papahnya, pun ikut terdengar.

"Papa kan sudah bertahun-tahun main ginian! Ya Seno kalah lah!" Fajar bisa lihat disana ada kedua adiknya dan papahnya yang tengah asik bermain PS

"Eh kak Fajar! Sini kak main bareng! Kalahin papa" seru Aisyah ketika menyadari keberadaan Fajar

Fajar menghampiri ketiganya
"Tumben pada main PS disini? Biasanya yang dua ini asik main hp di kamar" sindir Fajar

"Papa ngajakin tadi"

"Oh kalau papa gak ngajakin kalian gak bakal keluar dari kamar, gitu?!"

Seno nyengir "hehe gak gitu kak"

"Kamu dari mana kak?" Tanya Hermawan

"Habis ngantar Mama, sekalian beli buku buat ujian pah" jawab Fajar seraya mengangkat plastik berisikan buku yang tadi ia beli.

"Belajar yang bener ya nak! Papa dukung semua keputusan kamu!" Hermawan menepuk pundak Fajar

"Siap pah!"

"Jangan kenal cewek dulu! Kamu harus memanfaatkan waktu kamu terakhir ini dengan baik, oke?"

"Iya pah"

"Kak Seno yang harus papah nasehatin tuh! Udah kenal cewek dia! Aisyah pernah baca chat nya" Adu Aisyah dan mendapatkan pelototan dari orang yang bersangkutan

LANGITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang