Jadilah Bulan di setiap bab yang kalian baca
(Jangan lupa puter lagu di atas yaa👆✌️)
Dua pasang tangan itu saling melingkupi satu pasang tangan yang terasa dingin dan juga berkeringat.
Ketiganya seolah menyalurkan rasa yang bercampur aduk menjadi satu hingga menimbulkan detak jantung mereka berdetak dengan irama yang tak sewajarnya. Terlebih gadis yang berada di tengah dengan warna gaun yang berbeda dari mereka.
Hatinya sejak tadi sudah tak karuan. Perasaan takut, cemas, bahagia semua bercampur menjadi satu. Ekspresi gugupnya tak bisa lagi ditutupi meski wajahnya sudah cantik terbungkus make up yang sebelumnya tak pernah dirias dengan begitu detailnya.
"Jangan gugup, Bul!" Seru Putri yang menyadari kegugupan yang Bulan tunjukkan.
"Bulan pasti gugup monyet! Ini dia bentar lagi mau nikah! Nikah! Bukan pacaran!" Rani yang juga duduk di sebelah putri ikut bicara.
"Gue cuma mau kasih afirmasi positif ayam!" Balas Putri tak terima.
"Ini kalian kenapa, sih?! Kok malah pada ribut? Udah tau Bulan lagi gugup begini" Fizah mencoba melerai sebelum perdebatan mereka semakin panjang dan nama-nama hewan akan keluar semua.
Meski tengah merasa gugup setengah mati, Bulan tak bisa menyembunyikan tawanya.
Ia memandang teman-temannya satu persatu. Kini, semua teman dekatnya saat SMA dulu duduk bersamanya, dan menemaninya serta akan mengantarkannya menjadi seorang istri.
Sejak kemaren sore saat Bulan tengah mengadakan pengajian, keenam teman Bulan sudah tiba di rumah Bulan dan menemani gadis itu.
Hanya Acha dan juga Alya yang menemani segala proses-proses yang Bulan lalui sebelum sampai di tahap akad nikah ini."Terimakasih ya teman-teman, sudah mau nemenin aku sekarang" Bulan tersenyum tulus seraya memandang keenamnya satu persatu.
"Udah jadi tugas kami, Bulan! Kita kan sahabat. Iya kan?"
Bulan menganggukkan kepalanya menanggapi kalimat Indah barusan.
"Kami senang sekali, bisa menjadi bagian dari hari bahagia Lo!" Rani ikut menambahkan.
"Bener Bul! Selama Lo bahagia, kamu juga bahagia!"
Bulan lagi-lagi memandang teman-temannya dengan perasaan bahagia. Andai saja bisa, ingin rasanya Bulan meneteskan air matanya.
"Jangan nangis! Nanti luntur loh!" Cegah Acha yang menyadari jika kedua mata Bulan mulai berkaca-kaca.
"Makasih" Bulan berbisik pelan di telinga Acha yang duduk di sebelah kirinya. Setelah itu gadis itu menolehkan kepalanya ke arah Alya yang juga duduk di sebelah kanannya
"Makasih, Ya!" Ucapnya tulus.Ketujuh wanita di dalam ruangan itu kembali diam. Mendengarkan kalimat-kalimat yang semakin membuat Bulan gugup. Terlebih saat suara penghulu terdengar.
Bulan memejamkan matanya. Tangannya semakin di genggam erat oleh Acha dan juga Alya.
"Saya terima nikahnya Bulan Puspita Rahsa bin almarhum bapak Arif dengan mas kawin tersebut dibayar tunai!"
Kalimat sakral itu meluncur dengan lancar dan dalam satu tarikan napas.
Rasa gelisah yang sedari tadi ikut melingkupi hati kecil Bulan, perlahan luntur.
Satu senyuman terbit membingkai wajah cantiknya. Tak bisa ia tutupi betapa bahagia dirinya saat ini meski rasa gugup masih mendominasi.
Ya, kini ia telah resmi menjadi istri dari seorang Fajar !
Ya, Fajar kini telah menjadi suami dan teman hidup yang akan menemani sisa hidup Bulan!
Ya, mereka kini telah menikah!
KAMU SEDANG MEMBACA
LANGIT
Teen Fiction" Kak, kamu tau kenapa aku suka sekali dengan langit? " " karena dia indah? " " betul! salah satunya itu. Tapi selain indah ada satu yang aku pelajari dari filosofi langit " Bulan mengentikan sebentar kalimatnya. " langit itu kamu! langit mengajarka...